KajianPustaka

Widget html #1, model pembelajaran creative problem solving (cps).

Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang pemusatannya tertuju pada keterampilan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasian gagasan-gagasan kreatif. Siswa tidak hanya diajarkan cara menghafal tanpa berpikir, namun dituntut untuk memilih dan mengembangkan suatu tanggapan untuk memperluas proses berpikir.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Creative problem solving merupakan teknik pembelajaran dalam penyelesaian suatu permasalahan berkaitan dengan pemecahan masalah yang melalui teknik sistematik dan mengorganisasikan gagasan kreatif. Melalui model pembelajaran creative problem solving, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Munculnya solusi kreatif sebagai upaya pemecahan masalah akan menumbuhkan kepercayaan diri, keberanian menyampaikan pendapat, berpikir devergen, dan fleksibel dalam upaya pemecahan masalah.

Creative problem solving dibangun atas tiga macam komponen, yaitu; ketekunan, masalah dan tantangan. Komponen tersebut dapat diimplementasikan secara sistematik dengan berbagai komponen pembelajaran. Model pembelajaran creative problem solving berusaha mengembangkan pemikiran divergen, berusaha mencapai berbagai alternatif dalam memecahkan suatu masalah.

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran creative problem solving dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Shoimin (2014), creative problem solving adalah model pembelajaran yang pemusatannya pada pengajaran dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, siswa dapat melakukan keterampilan dalam memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa berpikir, keterampilan memecahkan masalah dapat memperluas proses berpikir. 
  • Menurut Baharudin (2010), creative problem solving adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
  • Menurut Cahyono (2009), creative problem solving adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan.

Karakteristik Model Pembelajaran Creative Problem Solving 

Menurut Imam (2010), model pembelajaran creative problem solving memiliki tiga karakteristik yang menjadi prosedur dalam proses pembelajarannya, yaitu sebagai berikut: 

  • Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan, dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan. 
  • Menentukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah. 
  • Menemukan solusi, yaitu proses evaluasi sebagai puncak pemecahan masalah.

Menurut Menurut Suryosubroto (2009), karakteristik dari model pembelajaran creative problem solving adalah sebagai berikut: 

  • Melatih siswa untuk berpikir divergen dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, mampu memberikan berbagai alternatif pemecahan atas sebuah masalah dan kemampuan mengemukakan berbagai gagasan baru, dengan cara-cara baru yang jarang dilakukan oleh orang lain.
  • Peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar bagi peserta didik.

Tujuan Metode Creative Problem Solving 

Menurut Shoimin (2014), melalui model pembelajaran creative problem solving siswa diharapkan mampu:

  • Menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam creative problem solving. 
  • Menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pembelajaran.
  • Mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. 
  • Memilih suatu pilihan solusi yang optimal. 
  • Mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. 
  • Mengartikulasikan bagaimana creative problem solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/situasi.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving 

Menurut Huda (2013), sintak atau tahapan proses dalam model pembelajaran Creative Problem Solving menurut model Osborn-Parnes dikenal dengan istilah OFPISA, yaitu Objective, Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Objective Finding 

Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Siswa mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan membrainstroming sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif mereka. Sepanjang proses ini siswa diharapkan bisa membuat suatu konsensus tentang sasaran yang hendak dicapai kelompoknya.

b. Fact Finding 

Siswa membrainstroming semua fakta yang mungkin berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang dihasilkan oleh siswa. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berefleksi tentang fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan.

c. Problem Finding 

Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan kembali perihal permasalahan agar siswa bisa lebih dekat dengan masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang lebih jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah membrainstroming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.

d. Idea Finding 

Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar siswa bisa melihat kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Ini merupakan langkah brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah gagasan-gagasan terkumpul, cobalah meluangkan beberapa saat untuk menyortir mana gagasan yang potensial dan yang tidak potensial sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan-gagasan tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.

e. Solution Finding 

Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah dengan membrainstroming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga ia menghasilkan penilaian yang final atas gagasan yang pantas menjadi solusi atas situasi permasalahan.

f. Acceptance Finding 

Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara kreatif. Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencapai kesuksesan.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem Solving 

Setiap model pembelajaran pada umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitu juga dengan model pembelajaran creative problem solving. Menurut Istarani dan Ridwan (2014), kelebihan dan kekurangan creative problem solving adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran creative problem solving yaitu:

  • Berpikir dan bertindak kreatif.
  • Dapat membuat pendidikan sekolah lebih baik relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. 
  • Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. 
  • Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. 
  • Mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan.
  • Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Memilih fakta aktual sebagai dasar dan landasan untuk membahas pembelajaran.
  • Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing keterbukaan, dan sosialisasi.
  • Menumbuhkan rasa kebersamaan siswa melalui diskusi akhir dari pemecahan masalah.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran creative problem solving yaitu:

  • Memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. 
  • Beberapa pokok bahasan sangat sulit dalam menerapkan sebuah metode pembelajaran ini. Sehingga menyebabkan siswa sulit untuk melihat, mengamati, dan menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. 
  • Sulit mencari masalah yang benar-benar aktual dalam pembelajaran.
  • Adanya masalah yang tidak relevan dengan materi pembelajaran.
  • Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
  • Mengubah kebiasaan siswa belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa untuk menerima informasi dari guru.

Group 72@3x

  • Skill Masa Depan
  • Kelas Mikro Gratis
  • Pusat Pengetahuan

cropped-Group-26-1.png

  • Fokus Utama , Karier Sukses , Problem Solving , Skill Masa Depan

CPS Learner’s Model: Langkah Penting dalam Creative Problem Solving

  • November 22, 2022

Reading time : 3 minutes

Waktu baca : 3 menit

Table of Contents

Tertarik untuk menggunakan metode Creative Problem Solving? Ikuti langkah-langkah dalam Creative Problem-Solving Learner’s Model berikut ini.

Saat ini Creative Problem Solving bisa menjadi salah satu metode yang dipakai dalam menyelesaikan masalah ( problem solving ) di perusahan atau suatu usaha. Pendekatan Creative Problem Solving dipakai saat kita ingin menemukan ide penyelesaian masalah yang kreatif dan inovatif.

Dari berbagai teknik dengan pendekatan CPS, ada satu teknik yang masih sering dipakai yaitu pendekatan yang diciptakan oleh Alex Osborn dan Sid Parnes yang sering disebut dengan CPS Learner’s Model.

Pendekatan CPS Learner’s Model terdiri dari 4 (empat) tahap dan meliputi 6 (enam) langkah proses. Berikut ini adalah uraian lengkap CPS Learner’s Model:

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Stage 1: Klarifikasi

Tahap klarifikasi adalah tahap pertama yang akan dilakukan. Ada tiga kegiatan utama dalam tahap ini, yaitu mendefinisi tujuan, mengumpulkan data dan merumuskan permasalahan yang akan dihadapi.

Bersama team, kamu akan mendefinisikan tujuan, keinginan dan tantangan yang akan dihadapi berdasarkan data dan fakta. Oleh karena itu, pada tahap pengumpulan data, kamu harus melakukannya dengan sebaik-baiknya. Ini berguna untuk membangun visi terhadap masalah berdasarkan data, bukan asal berasumsi saja.

Pada tahap ini, kamu mengumpulkan challenge (atau masalah) yang sedang dihadapi. Kumpulkan semua permasalahan ini lewat proses survei atau monitor langsung di lapangan.

Misalnya dalam contoh kasus penjualan produk yang turun, kamu dan team akan melibatkan customer sebagai subjek dan produk sebagai objek. Kamu akan menggali fakta dari para pengguna produk tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kekurangan produk yang dimaksud. Perumusan masalah ini juga bisa didapatkan dari perbandingan. Misalnya dengan membandingkan dua produk dari brand yang berbedda. Dari situ kita juga bisa mendapatkan informasi tentang kekurangan dan kelebihan suatu produk.

Stage 2: Ideasi atau Pengumpulan Ide

Sesuai dengan namanya, kini saatnya untuk mengumpulkan ide penyelesaian masalah. Proses ini adalah untuk menggali sebanyak mungkin ide yang mungkin bisa dipakai. Bersama team, kamu akan diminta untuk mengeluarkan ide sebanyak mungkin. Ide-ide kreatif dan inovatif ini akan dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan nanti.

Bisa jadi, kemungkinan masih akan keluar ide yang biasa-biasa saja alias konvensional. Tetapi hal ini juga akan memacu kamu dan team untuk berusaha mengeluarkan ide baru yang lebih kreatif dan inovatif. Di sini kamu akan diminta untuk mengerahkan semua kreativitas yang ada!

Ada 2 teknik yang bisa dipakai dalam tahap ini, yaitu brainstorming dan mind mapping. Tahap ini juga sering disebut dengan tahap berpikir secara divergen, di mana kita akan mengeluarkan semua ide dan pikiran, dan baru akan difilter kemudian. Jadi semua ide dianggap sama, tak ada yang benar atau salah.

Baca juga: Selesaikan Masalah dengan Lebih Kreatif

Stage 3: Develop (Pengembangan)

Pada tahap develop (pengembangan), kita akan memulai untuk memformulasikan solusi. Setelah tahap pengumpulan ide selesai, maka kita akan mulai fokus untuk mengevaluasi semua pilihan yang ada untuk mencipakan solusi.

Kita akan mulai menganalisis apakah solusi tersebut sesuai dengan kebutuhan atau kriteria. Dan juga, apakah bisa diimplementasikan atau tidak. Di sini kita juga akan memikirkan cara memmbuat ide untjk mejadi lebih bagus dan menentukan ide yang paling cocok untuk dipakai dalam menyelesaikan masalah.

Pada stage ini kita akan mulai memikir step yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, apa saja yang harus ditambahkan. Dengan berfokus pada cara berpikir konvergen (mulai fokus pada hal yang spesifik atau mengerucutkan proses), maka kita akan mulai mengolah ide-ide yang dipilih hingga menjadi sebuah konsep.

Stage 4: Implementasi

Setelah kita sudah memilih ide yang paling cocok dan mengembangkan konsepnya, kini saatnya untuk mengeksekusi.

Kita akan mulai membuat action plan, yaitu tahapan implementasi yang akan dilakukan. Pada tahap ini, sangat penting untuk mendata semua sumber daya yang kita miliki dan bagaimana mengoptimalisasikannya. Selain itu kamu akan mulai mengkomunikasikan rencana pelaksanaan kepada siapa saja yang terlibat di dalamnnya. Koordinasikan dengan seluruh anggota team, pastikan mereka semua sudah paham dan menyetujui langkah yang akan diambil.

Perlu kamu ketahui juga, tak ada solusi yang sempurna. Semuanya memiliki risiko dan konsekuensinya masing-masing. Untuk mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang di luar keinginan, ada baiknya jika kamu dan team juga menyiapkan plan B atau rencana cadangan yang bisa dipersiapakan dari mulai tahap develop (pengembangan).

Tertarik mengikuti pembahasan lengkap tentang Creative Problem Solving? Ikuti kelas gratis di Playbook: Creative Problem Solving .

  • berpikir kreatif , creative problem solving , kreatif , penyelesaian masalah , problem solving

Related Articles

6 tips jadi kandidat yang employable dan siap kerja.

Reading time : 5 minutes

7 Cara Mudah Menulis Efektif

Reading time : 2 minutes

7 Kesalahan yang Tak Boleh Dilakukan dalam Negosiasi

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain, model diartikan sebagai barang tiruan, metafor, atau kiasan yang dirumuskan. Pouwer (1974:243) menerangkan tentang model dengan anggapan seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah unsur yang saling tergantung. Sebagai metafora model tidak pernah dipandang sebagai bagian data yang diwakili. Model menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak seperti biasanya. Setiap model diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau berbeda dari data. Syarat ini dapat dipenuhi dengan menyajikan data dalambentuk: ringkasan (tipe, diagram), konfigurasi ( structure ), korelasi (pola), idealisasi, dan kombinasi dari keempatnya. Jadi model merupakan kiasan yang padat yang bermanfaat bagi pembanding hubungan antara data terpilih dengan hubungan antara unsur terpilih dari suatu konstruksi logis.Model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto, 1997:78). Menurut Mitchell dan Kowalik (Rahman, 2009:8): Creative, an idea that has an element of newness or uniqueness, at least to the one who creates the solution, and also has value and relevancy. Problem, any situation that presents a challenge, an opportunity, or is a concern. Solving, devising ways to answer, to meet, or to resolve the problem . Therefore, creative problem solving or cps is a process, method, or system for approaching a problem in an imaginative way and resulting in effective action .

Sedangkan menurut Karen (Dewi, 2008:28) model Creative problem Solving (CPS) adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Model Creative Problem Solving (CPS) pertamakali dikembangkan oleh Alex Osborn pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder of highly successful New York Advertising Agenncy . Pada tahun 1950-an Sidney Parnes bekerjasama dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan model ini. Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal dengan nama The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya model ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki kreativitas yang tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada perkembangan selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan.

Langkah-langkah dalam CPS menurut William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik (Rahman, 2009:10) adalah:

a. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu)

Tahap pertama, merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi situasi yang dirasakan mengganggu.

b. Fact-finding (menemukan fakta)

Tahap kedua, mendaftar semua fakta yang diketahui yang berhubungan dengan situasi tersebut, yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi informasi yang tidak diketahui tetapi esensial pada situsi yang sedang diidentifikasi dan dicari.

c. Problem-finding (menemukan masalah)

Pada tahap menemukan masalah, diupayakan mengidentifikasi semua kemungkinan pernyataan masalah dan kemudian memilih yang paling penting atau yang mendasari masalah.

d. Idea-finding

Pada tahap ini diupayakan untuk menemukan sejumlah ide atau gagasan yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

e. Solution-finding

Pada tahap penemuan solusi, ide-ide atau gagasan-gagasan pemecahan masalah diseleksi, untuk menemukan ide yang paling tepat untuk memecahkan masalah.

f. Acceptance-finding

Berusaha untuk memperoleh penerimaan atas solusi masalah, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan solusi tersebut. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Dewi, 2008:30) terdiri dari langkah-langkah:

a. Klarifikasi Masalah

Klasifikasi masalah meliputi penjelasan mengenai masalah yang diajukan kepada siswa, agar siswa memahami penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

b. Pengungkapan Pendapat

Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang bagaimana macam strategi penyelesaian masalah. Dari setiap ide yang diungkapkan, siswa mampu untuk memberikan alasan.

c. Evaluasi dan Pemilihan

Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah

d. Implementasi (penguatan)

Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkanya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Selain itu, pada tahapan implementasi, siswa diberi permasalahan baru agar dapat memperkuat pengetahuan yang telah diperolehnya.

Daftar Bacaan:

Depdiknas. 2005. Kemampuan Guru dalam Mengajarkan Matematika [Online] . Tersedia: http://www.dikdasmen.depdiknas.go.id/htm/info-Dikdasmen/info-6hal-07.htm [12 April 2009].

Dewi, E P. 2008. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA . Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Pepkin, K. 2000. Creative Problem Solving in Math . [Online]. Tersedia: www.artofproblemsolving.com. [7 Februari 2008].

Rahman, B. 2009. Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS) dengan Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Konvensional. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on X (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Notify me of follow-up comments by email.

Notify me of new posts by email.

Artikel Terbaru

  • 10 Soft Skill Paling Dibutuhkan Tahun 2024, Apa Saja? 18/01/2024 Tahun 2024 membawa perubahan yang signifikan dalam dinamika pasar kerja… Read more : 10 Soft Skill Paling Dibutuhkan Tahun 2024, Apa Saja?
  • Kirimkan Artikel Anda di IJWEPS 13/12/2023 AsikBelajar.Com | Penerbitan kegiatan PENGMAS merupakan bentuk diseminasi hasil PENGMAS… Read more : Kirimkan Artikel Anda di IJWEPS
  • Jurnal ber Sinta dan Tidak, Bagaimana Kosistensi Tulis Sitasinya? 11/12/2023 AsikBelajar.Com | Jurnal ilmiah ialah tulisan atau karya tulis yang… Read more : Jurnal ber Sinta dan Tidak, Bagaimana Kosistensi Tulis Sitasinya?
  • Harus Baca ini Kalau Loe Anggota Dewan 11/12/2023 AsikBelajar.Com | Tadi pas pulang dari berobat rutin, aku melihat… Read more : Harus Baca ini Kalau Loe Anggota Dewan
  • Cara Baru Mencari Scopus ID Anda 26/11/2023 AsikBelajar.Com | Scopus adalah basis data rujukan dan abstrak milik… Read more : Cara Baru Mencari Scopus ID Anda

Kategori Artikel

  • Pengetahuan
  • Serba-Serbi

Ocehan Kita

' data-src=

I’m not that much of a internet reader to be honest but your sites really nice, keep it up! I’ll…

' data-src=

Oh my goodness! Impressive article dude! Thank you, However I am having difficulties with your RSS. I don’t know the…

' data-src=

Do you mind if I quote a couple of your posts as long as I provide credit and sources back…

' data-src=

Hey! This post couldn’t be written any better! Reading this post reminds me of my old room mate! He always…

' data-src=

Asking questions are actually fastidious thing if you are not understanding anything completely, but this paragraph gives good understanding yet.

© Copyright 2023 AsikBelajar.Com | Design by AsikBelajar.Com Themes

  • Student Textbooks
  • Business Books

en

Your Personal and Professional Development: Plans, Tips and Lists

Powered by bookboon, your personal elibrary with 1,700+ ebooks on soft skills and personal development, creative problem-solving: the 4 principles of creative problem-solving.

creative problem solving

Creative problem-solving takes imagination through to action through the mental process of searching for an innovative solution to a problem. Creative problem-solving is often most effective through teamwork and brainstorming making it fun, imaginative and collaborative. However, imagining new and innovative solutions isn’t always easy, but by following a few steps, your team will be more likely to reach success. Creative problem solving has four core principles. Let’s explore each one in more detail.

Balance divergent and convergent thinking

Defer or suspend judgment.

When it comes to creative problem-solving, brainstorming is an essential element. When brainstorming, it is important to cast judgment aside and be open to all ideas. Judging solutions early on tends to shut down idea generation.

Present problems as questions

Got problems? We’ve got the solution: our weekly #FrictionlessFriday newsletter has all the answers and more! 

Use “Yes, and” rather than “No, but”

When formulating ideas and solving problems, language is important . When one or more individuals are working towards a solution, using positive, active language such as “Yes, and” allows continuation and expansion, which is necessary for successful creative problem-solving. The use of the word “but” – preceded by “yes” or “no” – ends the conversation, negating everything that has come before it.

Having problems solving problems? our weekly #FrictionlessFriday newsletter has the solution! 

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Creative Problem Solving

To find out more about problem solving, read our eBook "Creative Problem Solving".

Related Posts

creative thinking

5 creative thinking books you can’t miss

Creative thinking is a way of looking at a situation or problem and coming up with unique ideas or solutions to improve or solve it. It is one of the top 5 soft skills of the future and contrary to popular belief, this in-demand skill can be learned. Let’s look at our top 5 eBooks that promote and improve creative thinking. …

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

GDPR: 6 Tips for managers

As a manager or business owner, it is important that you have a good understanding of what GDPR means for you, your business, your employees and your clients. That’s why we’ve got GDPR 6 tips for managers. …

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

4 Reasons businesses should prioritise developing soft skills as much as developing technology

Keeping up to date with tech advancements is important but a company’s future success comes down to the skills of its people….

Robots jobs

How not to be replaced by a robot

‘The Robot Revolution’, ‘Computerisation’ or ‘Automation’; whatever you prefer to call it, technology isn’t going anywhere any time soon, but our jobs just might be….

Empowering you to succeed, academically and professionally

© Copyright 2019 BookBoon.com

  • About us

Creative problem solving: basics, techniques, activities

Why is creative problem solving so important.

Problem-solving is a part of almost every person's daily life at home and in the workplace. Creative problem solving helps us understand our environment, identify the things we want or need to change, and find a solution to improve the environment's performance.

Creative problem solving is essential for individuals and organizations because it helps us control what's happening in our environment.

Humans have learned to observe the environment and identify risks that may lead to specific outcomes in the future. Anticipating is helpful not only for fixing broken things but also for influencing the performance of items.

Creative problem solving is not just about fixing broken things; it's about innovating and creating something new. Observing and analyzing the environment, we identify opportunities for new ideas that will improve our environment in the future.

The 7-step creative problem-solving process

The creative problem-solving process usually consists of seven steps.

1. Define the problem.

The very first step in the CPS process is understanding the problem itself. You may think that it's the most natural step, but sometimes what we consider a problem is not a problem. We are very often mistaken about the real issue and misunderstood them. You need to analyze the situation. Otherwise, the wrong question will bring your CPS process in the wrong direction. Take the time to understand the problem and clear up any doubts or confusion.

2. Research the problem.

Once you identify the problem, you need to gather all possible data to find the best workable solution. Use various data sources for research. Start with collecting data from search engines, but don't forget about traditional sources like libraries. You can also ask your friends or colleagues who can share additional thoughts on your issue. Asking questions on forums is a good option, too.

3. Make challenge questions.

After you've researched the problem and collected all the necessary details about it, formulate challenge questions. They should encourage you to generate ideas and be short and focused only on one issue. You may start your challenge questions with "How might I…?" or "In what way could I…?" Then try to answer them.

4. Generate ideas.

Now you are ready to brainstorm ideas. Here it is the stage where the creativity starts. You must note each idea you brainstorm, even if it seems crazy, not inefficient from your first point of view. You can fix your thoughts on a sheet of paper or use any up-to-date tools developed for these needs.

5. Test and review the ideas.

Then you need to evaluate your ideas and choose the one you believe is the perfect solution. Think whether the possible solutions are workable and implementing them will solve the problem. If the result doesn't fix the issue, test the next idea. Repeat your tests until the best solution is found.

6. Create an action plan.

Once you've found the perfect solution, you need to work out the implementation steps. Think about what you need to implement the solution and how it will take.

7. Implement the plan.

Now it's time to implement your solution and resolve the issue.

Top 5 Easy creative thinking techniques to use at work

1. brainstorming.

Brainstorming is one of the most glaring CPS techniques, and it's beneficial. You can practice it in a group or individually.

Define the problem you need to resolve and take notes of every idea you generate. Don't judge your thoughts, even if you think they are strange. After you create a list of ideas, let your colleagues vote for the best idea.

2. Drawing techniques

It's very convenient to visualize concepts and ideas by drawing techniques such as mind mapping or creating concept maps. They are used for organizing thoughts and building connections between ideas. These techniques have a lot in common, but still, they have some differences.

When starting a mind map, you need to put the key concept in the center and add new connections. You can discover as many joints as you can.

Concept maps represent the structure of knowledge stored in our minds about a particular topic. One of the key characteristics of a concept map is its hierarchical structure, which means placing specific concepts under more general ones.

3. SWOT Analysis

The SWOT technique is used during the strategic planning stage before the actual brainstorming of ideas. It helps you identify strengths, weaknesses, opportunities, and threats of your project, idea, or business. Once you analyze these characteristics, you are ready to generate possible solutions to your problem.

4. Random words

This technique is one of the simplest to use for generating ideas. It's often applied by people who need to create a new product, for example. You need to prepare a list of random words, expressions, or stories and put them on the desk or board or write them down on a large sheet of paper.

Once you have a list of random words, you should think of associations with them and analyze how they work with the problem. Since our brain is good at making connections, the associations will stimulate brainstorming of new ideas.

5. Storyboarding

This CPS method is popular because it tells a story visually. This technique is based on a step-creation process. Follow this instruction to see the storyboarding process in progress:

  • Set a problem and write down the steps you need to reach your goal.
  • Put the actions in the right order.
  • Make sub-steps for some steps if necessary. This will help you see the process in detail.
  • Evaluate your moves and try to identify problems in it. It's necessary for predicting possible negative scenarios.

7 Ways to improve your creative problem-solving skills

1. play brain games.

It's considered that brain games are an excellent way to stimulate human brain function. They develop a lot of thinking skills that are crucial for creative problem-solving.

You can solve puzzles or play math games, for example. These activities will bring you many benefits, including strong logical, critical, and analytical thinking skills.

If you are keen on playing fun math games and solving complicated logic tasks, try LogicLike online.

We created 3500+ puzzles, mathematical games, and brain exercises. Our website and mobile app, developed for adults and kids, help to make pastime more productive just in one place.

2. Practice asking questions

Reasoning stimulates you to generate new ideas and solutions. To make the CPS process more accessible, ask questions about different things. By developing curiosity, you get more information that broadens your background. The more you know about a specific topic, the more solutions you will be able to generate. Make it your useful habit to ask questions. You can research on your own. Alternatively, you can ask someone who is an expert in the field. Anyway, this will help you improve your CPS skills.

3. Challenge yourself with new opportunities

After you've gained a certain level of creativity, you shouldn't stop developing your skills. Try something new, and don't be afraid of challenging yourself with more complicated methods and techniques. Don't use the same tools and solutions for similar problems. Learn from your experience and make another step to move to the next level.

4. Master your expertise

If you want to keep on generating creative ideas, you need to master your skills in the industry you are working in. The better you understand your industry vertical, the more comfortable you identify problems, find connections between them, and create actionable solutions.

Once you are satisfied with your professional life, you shouldn't stop learning new things and get additional knowledge in your field. It's vital if you want to be creative both in professional and daily life. Broaden your background to brainstorm more innovative solutions.

5. Develop persistence

If you understand why you go through this CPS challenge and why you need to come up with a resolution to your problem, you are more motivated to go through the obstacles you face. By doing this, you develop persistence that enables you to move forward toward a goal.

Practice persistence in daily routine or at work. For example, you can minimize the time you need to implement your action plan. Alternatively, some problems require a long-term period to accomplish a goal. That's why you need to follow the steps or try different solutions until you find what works for solving your problem. Don't forget about the reason why you need to find a solution to motivate yourself to be persistent.

6. Improve emotional intelligence

Empathy is a critical element of emotional intelligence. It means that you can view the issues from the perspective of other people. By practicing compassion, you can understand your colleagues that work on the project together with you. Understanding will help you implement the solutions that are beneficial for you and others.

7. Use a thinking strategy

You are mistaken if you think that creative thinking is an unstructured process. Any thinking process is a multi-step procedure, and creative thinking isn't an exclusion. Always follow a particular strategy framework while finding a solution. It will make your thinking activity more efficient and result-oriented.

Develop your logic and mathematical skills. 3500+ fun math problems and brain games with answers and explanations.

loading

How it works

For Business

Join Mind Tools

Article • 10 min read

Creative Problem Solving

Finding innovative solutions to challenges.

By the Mind Tools Content Team

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Imagine that you're vacuuming your house in a hurry because you've got friends coming over. Frustratingly, you're working hard but you're not getting very far. You kneel down, open up the vacuum cleaner, and pull out the bag. In a cloud of dust, you realize that it's full... again. Coughing, you empty it and wonder why vacuum cleaners with bags still exist!

James Dyson, inventor and founder of Dyson® vacuum cleaners, had exactly the same problem, and he used creative problem solving to find the answer. While many companies focused on developing a better vacuum cleaner filter, he realized that he had to think differently and find a more creative solution. So, he devised a revolutionary way to separate the dirt from the air, and invented the world's first bagless vacuum cleaner. [1]

Creative problem solving (CPS) is a way of solving problems or identifying opportunities when conventional thinking has failed. It encourages you to find fresh perspectives and come up with innovative solutions, so that you can formulate a plan to overcome obstacles and reach your goals.

In this article, we'll explore what CPS is, and we'll look at its key principles. We'll also provide a model that you can use to generate creative solutions.

About Creative Problem Solving

Alex Osborn, founder of the Creative Education Foundation, first developed creative problem solving in the 1940s, along with the term "brainstorming." And, together with Sid Parnes, he developed the Osborn-Parnes Creative Problem Solving Process. Despite its age, this model remains a valuable approach to problem solving. [2]

The early Osborn-Parnes model inspired a number of other tools. One of these is the 2011 CPS Learner's Model, also from the Creative Education Foundation, developed by Dr Gerard J. Puccio, Marie Mance, and co-workers. In this article, we'll use this modern four-step model to explore how you can use CPS to generate innovative, effective solutions.

Why Use Creative Problem Solving?

Dealing with obstacles and challenges is a regular part of working life, and overcoming them isn't always easy. To improve your products, services, communications, and interpersonal skills, and for you and your organization to excel, you need to encourage creative thinking and find innovative solutions that work.

CPS asks you to separate your "divergent" and "convergent" thinking as a way to do this. Divergent thinking is the process of generating lots of potential solutions and possibilities, otherwise known as brainstorming. And convergent thinking involves evaluating those options and choosing the most promising one. Often, we use a combination of the two to develop new ideas or solutions. However, using them simultaneously can result in unbalanced or biased decisions, and can stifle idea generation.

For more on divergent and convergent thinking, and for a useful diagram, see the book "Facilitator's Guide to Participatory Decision-Making." [3]

Core Principles of Creative Problem Solving

CPS has four core principles. Let's explore each one in more detail:

  • Divergent and convergent thinking must be balanced. The key to creativity is learning how to identify and balance divergent and convergent thinking (done separately), and knowing when to practice each one.
  • Ask problems as questions. When you rephrase problems and challenges as open-ended questions with multiple possibilities, it's easier to come up with solutions. Asking these types of questions generates lots of rich information, while asking closed questions tends to elicit short answers, such as confirmations or disagreements. Problem statements tend to generate limited responses, or none at all.
  • Defer or suspend judgment. As Alex Osborn learned from his work on brainstorming, judging solutions early on tends to shut down idea generation. Instead, there's an appropriate and necessary time to judge ideas during the convergence stage.
  • Focus on "Yes, and," rather than "No, but." Language matters when you're generating information and ideas. "Yes, and" encourages people to expand their thoughts, which is necessary during certain stages of CPS. Using the word "but" – preceded by "yes" or "no" – ends conversation, and often negates what's come before it.

How to Use the Tool

Let's explore how you can use each of the four steps of the CPS Learner's Model (shown in figure 1, below) to generate innovative ideas and solutions.

Figure 1 – CPS Learner's Model

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Explore the Vision

Identify your goal, desire or challenge. This is a crucial first step because it's easy to assume, incorrectly, that you know what the problem is. However, you may have missed something or have failed to understand the issue fully, and defining your objective can provide clarity. Read our article, 5 Whys , for more on getting to the root of a problem quickly.

Gather Data

Once you've identified and understood the problem, you can collect information about it and develop a clear understanding of it. Make a note of details such as who and what is involved, all the relevant facts, and everyone's feelings and opinions.

Formulate Questions

When you've increased your awareness of the challenge or problem you've identified, ask questions that will generate solutions. Think about the obstacles you might face and the opportunities they could present.

Explore Ideas

Generate ideas that answer the challenge questions you identified in step 1. It can be tempting to consider solutions that you've tried before, as our minds tend to return to habitual thinking patterns that stop us from producing new ideas. However, this is a chance to use your creativity .

Brainstorming and Mind Maps are great ways to explore ideas during this divergent stage of CPS. And our articles, Encouraging Team Creativity , Problem Solving , Rolestorming , Hurson's Productive Thinking Model , and The Four-Step Innovation Process , can also help boost your creativity.

See our Brainstorming resources within our Creativity section for more on this.

Formulate Solutions

This is the convergent stage of CPS, where you begin to focus on evaluating all of your possible options and come up with solutions. Analyze whether potential solutions meet your needs and criteria, and decide whether you can implement them successfully. Next, consider how you can strengthen them and determine which ones are the best "fit." Our articles, Critical Thinking and ORAPAPA , are useful here.

4. Implement

Formulate a plan.

Once you've chosen the best solution, it's time to develop a plan of action. Start by identifying resources and actions that will allow you to implement your chosen solution. Next, communicate your plan and make sure that everyone involved understands and accepts it.

There have been many adaptations of CPS since its inception, because nobody owns the idea.

For example, Scott Isaksen and Donald Treffinger formed The Creative Problem Solving Group Inc . and the Center for Creative Learning , and their model has evolved over many versions. Blair Miller, Jonathan Vehar and Roger L. Firestien also created their own version, and Dr Gerard J. Puccio, Mary C. Murdock, and Marie Mance developed CPS: The Thinking Skills Model. [4] Tim Hurson created The Productive Thinking Model , and Paul Reali developed CPS: Competencies Model. [5]

Sid Parnes continued to adapt the CPS model by adding concepts such as imagery and visualization , and he founded the Creative Studies Project to teach CPS. For more information on the evolution and development of the CPS process, see Creative Problem Solving Version 6.1 by Donald J. Treffinger, Scott G. Isaksen, and K. Brian Dorval. [6]

Creative Problem Solving (CPS) Infographic

See our infographic on Creative Problem Solving .

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Creative problem solving (CPS) is a way of using your creativity to develop new ideas and solutions to problems. The process is based on separating divergent and convergent thinking styles, so that you can focus your mind on creating at the first stage, and then evaluating at the second stage.

There have been many adaptations of the original Osborn-Parnes model, but they all involve a clear structure of identifying the problem, generating new ideas, evaluating the options, and then formulating a plan for successful implementation.

[1] Entrepreneur (2012). James Dyson on Using Failure to Drive Success [online]. Available here . [Accessed May 27, 2022.]

[2] Creative Education Foundation (2015). The CPS Process [online]. Available here . [Accessed May 26, 2022.]

[3] Kaner, S. et al. (2014). 'Facilitator′s Guide to Participatory Decision–Making,' San Francisco: Jossey-Bass.

[4] Puccio, G., Mance, M., and Murdock, M. (2011). 'Creative Leadership: Skils That Drive Change' (2nd Ed.), Thousand Oaks, CA: Sage.

[5] OmniSkills (2013). Creative Problem Solving [online]. Available here . [Accessed May 26, 2022].

[6] Treffinger, G., Isaksen, S., and Dorval, B. (2010). Creative Problem Solving (CPS Version 6.1). Center for Creative Learning, Inc. & Creative Problem Solving Group, Inc. Available here .

You've accessed 1 of your 2 free resources.

Get unlimited access

Discover more content

What is problem solving.

Problem Solving

Add comment

Comments (0)

Be the first to comment!

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Introducing Mind Tools for Business

Mind Tools for Business is a comprehensive library of award-winning performance and management support resources.

Whether you want to increase engagement, upskill teams, or complement your existing workplace programs – this is content designed to achieve impactful results.

Sign-up to our newsletter

Subscribing to the Mind Tools newsletter will keep you up-to-date with our latest updates and newest resources.

Subscribe now

Business Skills

Personal Development

Leadership and Management

Most Popular

Newest Releases

Article ao5npvp

Mintzberg's 10 Management Roles

Article ahqcjdn

What Are Porter's Five Forces?

Mind Tools Store

About Mind Tools Content

Discover something new today

What is ai.

7 Things You Need to Know About Artificial Intelligence

Managing in a VUCA World

Thriving in Turbulent Times

How Emotionally Intelligent Are You?

Boosting Your People Skills

Self-Assessment

What's Your Leadership Style?

Learn About the Strengths and Weaknesses of the Way You Like to Lead

Recommended for you

Using affirmations.

Harnessing Positive Thinking

Business Operations and Process Management

Strategy Tools

Customer Service

Business Ethics and Values

Handling Information and Data

Project Management

Knowledge Management

Self-Development and Goal Setting

Time Management

Presentation Skills

Learning Skills

Career Skills

Communication Skills

Negotiation, Persuasion and Influence

Working With Others

Difficult Conversations

Creativity Tools

Self-Management

Work-Life Balance

Stress Management and Wellbeing

Coaching and Mentoring

Change Management

Team Management

Managing Conflict

Delegation and Empowerment

Performance Management

Leadership Skills

Developing Your Team

Talent Management

Decision Making

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Creative Problem Solving And Its Techniques

Entrepreneurs need to script their own journeys, figure out their own things, and solve problems. If you keep running back…

Creative Problem Solving And Its Techniques

Entrepreneurs need to script their own journeys, figure out their own things, and solve problems. If you keep running back to your mentor at the drop of your hat, you’re not an entrepreneur. A true entrepreneur is a risk-taker, problem-solver, a person who’s willing to face challenges and failures.

– Kiran Mazumdar-Shaw, chairperson, and MD of Biocon

While scripting your own life and career journey, it is imperative to master the skill of creative problem-solving. Successful people and organizations recognize that the solutions to their problems lie within themselves. They try to find them with a creative problem-solving process.

Most professionals face problems at work. It could be meeting a sales target or fixing a technical glitch in a product. Learning how to solve problems efficiently is a key skill for success at work and life in general. Sometimes, you have to think out of the box to solve problems creatively.

What is creative problem-solving?

Have you noticed how some people have a knack for turning a problem into an opportunity? Take the stones people throw at you and use them to build a monument, said former Tata Group chairman Ratan Tata. It was a fantastic way of expressing creative problem-solving at work.

Creative problem-solving involves approaching a problem or a challenge in an inventive way. It is a process that redefines problems and opportunities and helps us come up with innovative solutions.

Generally, the creative problem-solving process involves the following stages:

Identify the problem or the challenge

Generate ideas that may be possible solutions

Solve the problem with the help of generated ideas

Implement the solution plan and move to the next step

A well-planned and strategically executed creative problem-solving process brings team members together. It encourages proactive participation among colleagues.

Let’s look at an example. Seema was not happy with her career in the IT industry. She approached the problem by thinking about various options that appealed to her. Using her creative problem-solving skill, she decided to try her hand at travel blogging given her passion for travel and nose for digital marketing.

Let’s turn to some highly successful techniques of creative problem-solving.

Techniques of creative problem-solving

1. brainstorming.

Brainstorming is one of the most popular techniques of creative problem-solving. It is an individual as well as a group activity. When the city’s municipal corporation needs to come up with measures regarding safety and health, citizens are often asked to brainstorm and suggest innovative ideas. Brainstorming is a blend of creativity and problem-solving.

2. Mind-mapping

Mind-mapping is a useful creative problem-solving process. A mind map is a graphic representation of ideas and concepts. It is a visual tool for creativity and problem-solving. Mind maps help you categorize and structure information. They aid comprehension, analysis, and help generate innovative ideas. Seeing the problem and possible solutions represented in visual form helps many of us see the bigger picture and connect the dots.

3. Counterfactual Thinking

When Rosie has to take a call on a problem, she thinks about all her previous decisions. She thinks of the things that have gone wrong and the opportunities that she missed out on. Such counterfactual thinking helps her face the current problem and find a solution. Counterfactual thinking is one of the smartest examples of creative problem-solving at work. However, it is important not to channel negative emotions while going down the counterfactual thinking route. Use your past experiences to ensure you don’t repeat mistakes, seize opportunities, and measure how far you’ve come. Be present and future-focused, and don’t use counterfactual thoughts to get trapped in the “What ifs” of your past.

4. Abstraction

Abstraction is a great booster for creativity and problem-solving. When a creative director in an advertising agency has to design a campaign for a brand of fruit drinks or evening wear, he uses abstraction. He thinks about the emotions associated with the drink or the evening, such as camaraderie, romance, taste, health, joy, and so on. ( xanax )

You must have noticed many examples of creative problem-solving at work.

Deploying a thought experiment by using comparison or similarity as a tool

Breaking free from assumptions to think originally

Going beyond assigned tasks to experiment

Raising questions and seeking new viewpoints

Reapplying  rules that have worked previously

Stepping out  of your comfort zone and thinking differently

Go ahead and build a culture of creativity around you. Overcome your mental barriers and let your imagination run free. Navigate obstacles to solve problems and come up with innovative solutions.

Harappa Education’s Unleashing Creativity course teaches you how to generate, test, and refine new ideas. It empowers you with in-depth creativity and problem-solving skills by teaching you concepts such as the Disney Creative Tool framework involving three roles: including dreamers, realists, and critics. Assigning these roles to groups will help organizations brainstorm ideas, create plans, and identify roadblocks. to reach the desired goals successfully. Sign up and begin your creative problem-solving journey.

Explore topics such as Creative Thinking & How to be Creative at Work from our Harappa Diaries blog section and develop your strategic thinking skills .

Thriversitybannersidenav

BERBAGI ILMU

Website Ini Dalam Lindungan Allah SWT Dan Berbagi Ilmu merupakan blog yang membahas seputar pendidikan, bisnis, teknologi dan berbagai informasi edukatif lainnya. Dengan Tagline Berbagi Ilmu, diharapkan setiap postingan yang ada di website tersebut dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk anda serta mampu memberikan pencerahan.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Share this post

0 Response to "Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan tengah artikel 1, iklan tengah artikel 2, iklan bawah artikel.

close

Library homepage

  • school Campus Bookshelves
  • menu_book Bookshelves
  • perm_media Learning Objects
  • login Login
  • how_to_reg Request Instructor Account
  • hub Instructor Commons
  • Download Page (PDF)
  • Download Full Book (PDF)
  • Periodic Table
  • Physics Constants
  • Scientific Calculator
  • Reference & Cite
  • Tools expand_more
  • Readability

selected template will load here

This action is not available.

Business LibreTexts

3.3: Creative Problem-Solving Process

  • Last updated
  • Save as PDF
  • Page ID 62756

LEARNING OBJECTIVES

By the end of this section, you will be able to:

  • Describe the five steps in the creative problem-solving process
  • Identify and describe common creative problem-solving tools

Creativity can be an important trait of an entrepreneur. In that discussion, we learned about creativity’s role in innovation . Here, we will look in more depth at creativity’s role in problem-solving . Let’s first formally define creativity as the development of original ideas to solve an issue. The intent of being an entrepreneur is to break away from practical norms and use imagination to embrace quick and effective solutions to an existing problem, usually outside the corporate environment.

The Steps of the Creative Problem-Solving Process

Training oneself to think like an entrepreneur means learning the steps to evaluating a challenge: clarify, ideate, develop, implement, and evaluate (Figure 3.3.1).

6.2.1 10.05.35 PM.jpeg

Step 1: Clarify

To clarify is the critical step of recognizing the existence of a gap between the current state and a desired state. This can also be thought of as having need awareness , which occurs when the entrepreneur notes a gap between societal or customer needs and actual circumstances. Clarifying the problem by speaking with clients and developing a detailed description of the problem brings the specifics of a problem to light. Failure to identify the specifics of a problem leaves the entrepreneur with the impossible task of solving a ghost problem, a problem that is fully unknown or unseen. To establish and maintain credibility, an entrepreneur must clarify the problem by focusing on solving the problem itself, rather than solving a symptom of the problem.

For example, a farm could have polluted water, but it would not be enough to solve the problem only on that farm. Clarifying would involve identifying the source of the pollution to adequately tackle the problem. After gaining an understanding of a problem, the entrepreneur should begin to formulate plans for eliminating the gap. A fishbone diagram, as shown in Figure 3.3.2, is a tool that can be used to identify the causes of such a problem.

6.2.2.jpeg

In the case of our water pollution example, a fishbone diagram exploring the issue might reveal the items shown in Figure 3.3.3.

6.2.3.jpeg

Step 2: Ideate

To ideate is the step of the creative problem-solving process that involves generating and detailing ideas by the entrepreneur. After collecting all information relevant to the problem, the entrepreneur lists as many causes of the problem as possible. This is the step in which the largest variety of ideas are put forth. Each idea must be evaluated for feasibility and cost as a solution to the problem. If a farm does not have clean water, for example, the entrepreneur must list causes of toxic water and eliminate as many of those causes as possible. The entrepreneur must then move forward investigating solutions to bring the water back to a safe state. If, say, nearby livestock are polluting the water, the livestock should be isolated from the water source.

Step 3: Develop

To develop is the step in which the entrepreneur takes the list of ideas generated and tests each solution for feasibility. The entrepreneur must consider the cost of each idea and the obstacles to implementation. In the preceding example, adding a chemical to the water may not be a feasible solution to the farmer. Not every farmer wants additional chloride or fluoride added to the water due to the effect on both humans and livestock. These tradeoffs should be addressed in the feasibility assessment. The farmer might prefer a filtration system, but the cost of that solution might not be practicable. The entrepreneur should identify and assess alternative solutions to find one that is most cost-effective and feasible to the customer.

Step 4: Implement

To implement is the step in which the solution to the problem is tested and evaluated. The entrepreneur walks through the planned implementation with the client and tests each part of the solution, if a service, or thoroughly tests a developed good. The entrepreneur implements the solution and goes through a structured system of follow-up to ensure the solution remains effective and viable. In the water example, the solution would be reducing runoff from toxic insecticides by adding prairie strips, buffers of grass, and vegetation along banks of streams.

Step 5: Evaluate

To evaluate is the step in which the final solution is assessed. This is a very important step that entrepreneurs often overlook. Any fallacy in the implementation of the product or service is reassessed, and new solutions are implemented. A continual testing process may be needed to find the final solution. The prairie strips, buffers of grass, and vegetation along banks of streams chosen in the farming water example should then be analyzed and tested to ensure the chosen solution changed the content of the water.

ARE YOU READY?

Implementing Creative Problem Solving

Removing waste is a problem, and it can also present an entrepreneurial opportunity. Try to examine ways in which waste products that you usually pay to have hauled away can now generate revenue. Whether it’s recycling aluminum cans or cardboard, or garbage that could be used to feed animals, your task is to come up with solutions to this entrepreneurial-oriented problem.

  • Try following the first step of the creative problem-solving process and clearly identify the problem.
  • Next, gather data and formulate the challenge.
  • Then, explore ideas and come up with solutions.
  • Develop a plan of action.
  • Finally, note how you would evaluate the effectiveness of your solution.

Using Creativity to Solve Problems

Entrepreneurs are faced with solving many problems as they develop their ideas for filling gaps, whether those opportunities involve establishing a new company or starting a new enterprise within an existing company. Some of these problems include staffing, hiring and managing employees, handling legal compliance, funding, marketing, and paying taxes. Beyond the mundane activities listed, the entrepreneur, or the team that the entrepreneur puts in place, is indispensable in maintaining the ongoing creativity behind the product line or service offered. Innovation and creativity in the business are necessary to expand the product line or develop a groundbreaking service.

It is not necessary for the entrepreneur to feel isolated when it comes to finding creative solutions to a problem. There are societies, tools, and new methods available to spur the creativity of the entrepreneur that will further support the success and expansion of a new enterprise. 14 Learning and using entrepreneurial methods to solve problems alleviates the stress many startup owners feel. The entrepreneur’s creativity will increase using collaborative methodologies. Some entrepreneurial collaborative methodologies include crowdsourcing, brainstorming, storyboarding, conducting quick online surveys to test ideas and concepts, and team creativity activities.

Crowdsourcing

Professor Daren Brabham at the University of Southern California has written books on crowdsourcing and touts its potential in for-profit and not-for-profit business sectors. He defines it simply as “an online, distributed problem-solving and production model.” 15 Crowdsourcing involves teams of amateurs and nonexperts working together to form a solution to a problem. 16 The idea, as cbsnews.com’s Jennifer Alsever has put it, is to “tap into the collective intelligence of the public at large to complete business-related tasks that a company would normally either perform itself or outsource to a third-party provider. Yet free labor is only a narrow part of crowdsourcing's appeal. More importantly, it enables managers to expand the size of their talent pool while also gaining deeper insight into what customers really want. The challenge is to take a cautionary approach to the ‘wisdom of the crowd,’ which can lead to a ‘herd’ mentality.” 17

LINK TO LEARNING

Read this article that discusses what crowdsourcing is, how to use it, and its benefits for more information.

This new business prototype, similar to outsourcing, features an enterprise posting a problem online and asking for volunteers to consider the problem and propose solutions. Volunteers earn a reward, such as prize money, promotional materials like a T-shirt, royalties on creative outlets like photos or designs, and in some cases, compensation for their labor. Before proposing the solution, volunteers learn that the solutions become the intellectual property of the startup posting the problem. The solution is then mass-produced for profit by the startup that posted the problem. 18 The process evolves into the crowdsourcing process after the enterprise mass produces and profits from the labor of the volunteers and the team. Entrepreneurs should consider that untapped masses have solutions for many issues for which agendas do not yet exist. Crowdsourcing can exploit those agendas and add to the tools used to stimulate personal creativity. This type of innovation is planned and strategically implemented for profit.

For example, Bombardier held a crowdsourced innovation contest to solicit input on the future of train interiors, including seat design and coach class interior. A corporate jury judged the submissions, with the top ten receiving computers or cash prizes. Companies are often constrained, however, by internal rules limiting open source or external idea sourcing, as they could be accused of “stealing” an idea. While crowdsourcing outside of software can be problematic, some products such as MakerBot’s 3D printers, 3DR’s drones, and Jibo’s Social Robot have used developer kits and “makers” to help build a community and stimulate innovation from the outside.

WORK IT OUT

A Crowdsourced Potato Chip

In an effort to increase sales among millennials, PepsiCo turned to crowdsourcing to get new flavor ideas for their Lay’s potato chips (called Walker’s in the UK). Their 2012 campaign, “Do Us a Flavor,” was so successful that they received over 14 million submissions. The winner was Cheesy Garlic Bread, which increased their potato chip sales by 8 percent during the first three months after the launch.

  • What are some other products that would work well for a crowdsourced campaign contest?
  • What items wouldn’t work well?

Amazon’s Mechanical Turk is an online crowdsourcing platform that allows individuals to post tasks for workers to complete. In many instances, these tasks are compensated, but the payment can be less than one dollar per item completed. Mechanical Turk is one of the largest and most well-known crowdsourcing platforms, but there are a number of other more niche ones as well that would apply to smaller markets. In the case of innovation contests and outsourced tasks from corporations, those tasks may be hosted internally by the corporation.

Brainstorming

Brainstorming is the generation of ideas in an environment free of judgment or dissension with the goal of creating solutions. Brainstorming is meant to stimulate participants into thinking about problem-solving in a new way. Using a multifunctional group, meaning participants come from different departments and with different skill sets, gives entrepreneurs and support teams a genuine chance to suggest and actualize ideas. The group works together to refine and prototype potential solutions to a problem.

Brainstorming is a highly researched and often practiced technique for the development of innovative solutions. One of the more successful proponents of brainstorming is the United Nations Children’s Fund (UNICEF). UNICEF faces unique problems of solving resource problems for mothers and children in underdeveloped nations. See how UNICEF practices brainstorming to solve problems including child survival, gender inclusion, refugee crises, education, and others.

The setting for a brainstorming session should remain as informal and relaxed as possible. The group needs to avoid standard solutions. All ideas are welcome and listed and considered with no censorship and with no regard to administrative restrictions. All team members have an equal voice. The focus of brainstorming is on quantity of ideas rather than on the ideal solution provided in every suggestion. A classic entrepreneurial brainstorming activity, as popularized by business software developer Strategyzer, is known as the “silly cow” exercise. Teams come up with ideas for new business models pertaining to a cow, with the results often outrageous, ranging from sponsored cows to stroking cows for therapeutic release. Participants are asked to identify some aspect of a cow and develop three business models around that concept in a short time period, typically two minutes or fewer. The activity is designed to get creative juices flowing.

Watch this video from ABC’s Nightline that shows how IDEO designed a new shopping cart for an example of a design process that involves brainstorming.

Storyboarding

Storyboarding is the process of presenting an idea in a step-by-step graphic format, as Figure 3.3.4 shows. This tool is useful when the entrepreneur is attempting to visualize a solution to a problem. The steps to the solution of a problem are sketched and hung in graphic format. Once the original graphic is placed, images of steps working toward a solution are added, subtracted, and rearranged on a continual basis, until the ultimate solution emerges in the ultimate graphic format. For many years, entrepreneurs have used this process to create a pre-visual for various media sequences.

6.2.4.jpeg

Team Creativity

Team creativity is the process whereby an entrepreneur works with a team to create an unexpected solution for an issue or challenge. Teams progress through the same creative problem-solving process described already: clarify, ideate, develop, implement, and evaluate. The main advantage of team creativity is the collaboration and support members receive from one another. Great teams trust in other team members, have diverse members with diverse points of view, are cohesive, and have chemistry.

Team members should work in a stress-free and relaxing environment. Reinforcement and expansion of ideas in the team environment motivates the team to continually expand horizons toward problem solution. A small idea in a team may spark the imagination of a team member to an original idea. Mark Zuckerberg, co-founder of Facebook, once said, “The most important thing for you as an entrepreneur trying to build something is, you need to build a really good team. And that’s what I spend all my time on.” 19

ENTREPRENEUR IN ACTION

Taaluma Totes 20

Young entrepreneurs Jack DuFour and Alley Heffern began to notice the beautiful fabrics that came from the different countries they visited. The entrepreneurs thought about what could be done with the fabrics to create employment opportunities both in the country from which the fabric originated and in their home base of Virginia. They decided to test producing totes from the fabrics they found and formed Taaluma Totes (Figure 3.3.5). DuFour and Heffern also wanted to promote the production of these fabrics and help underserved populations in countries where the fabric originated maintain a living or follow a dream.

6.2.6.png

The team continued to test the process and gathered original fabrics, which they sent to Virginia to create totes. They trained individuals with disabilities in Virginia to manufacture the totes, thus serving populations in the United States. The entrepreneurs then decided to take 20 percent of their profits and make microloans to farmers and small business owners in the countries where the fabric originated to create jobs there. Microloans are small loans, below $50,000, which certain lenders offer to enterprising startups. These startups, for various reasons (they are in poor nations, at the poverty level), can’t afford a traditional loan from a major bank. The lenders offer business support to the borrower, which in turn helps the borrower repay the microloan. The microloans from Taaluma are repaid when the borrower is able. Repayments are used to buy more fabric, completing Taaluma’s desire to serve dual populations. If the process proved unsuccessful, the co-owners would revise the process to meet the plan’s requirements.

DuFour and Heffern now have fabrics from dozens of countries from Thailand to Ecuador. The totes are specialized with features to meet individual needs. The product line is innovated regularly and Taaluma Totes serves a dual purpose of employing persons with disabilities in Virginia and creating employment for underserved populations in other countries.

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Metode Pembelajaran Creative Problem Solving: Menemukan Solusi dengan Cara Santai

  • 1.1 Metode Creative Problem Solving
  • 1.2 Cara Menggunakan Creative Problem Solving
  • 1.3 Tips Menggunakan Creative Problem Solving
  • 1.4 Kelebihan Creative Problem Solving
  • 1.5 Kekurangan Creative Problem Solving
  • 1.6 Tujuan Creative Problem Solving
  • 1.7 Manfaat Creative Problem Solving
  • 2.1 Apa perbedaan antara Creative Problem Solving dan Problem Solving konvensional?
  • 2.2 Bagaimana mengatasi kendala dalam menggunakan Creative Problem Solving?
  • 3 Kesimpulan

Kita sering dihadapkan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu dalam pekerjaan, hubungan pribadi, atau belajar di sekolah. Masalah ini bisa membuat kita stres dan pusing kepala. Namun, tenang saja! Ada sebuah metode pembelajaran yang bisa membantu kita menemukan solusi dengan cara yang santai dan kreatif. Metode ini dikenal dengan sebutan Creative Problem Solving.

Creative Problem Solving (CPS) merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah secara inovatif dan kreatif. Metode ini melibatkan langkah-langkah sistematik yang membuka pikiran kita untuk berpikir di luar kotak dan menemukan solusi yang tak terduga.

Langkah pertama dalam metode CPS adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas. Kita harus merumuskan masalah secara spesifik agar fokus saat mencari solusi tidak terpecah. Misalnya, jika masalah kita adalah sulitnya mengatur waktu untuk belajar, maka kita bisa merumuskan masalah sebagai “Bagaimana cara mengatur waktu belajar yang efektif?”

Setelah masalah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah analisis. Kita perlu menganalisis akar penyebab masalah tersebut. Apa yang membuat kita sulit mengatur waktu belajar? Adakah faktor eksternal seperti gangguan dari lingkungan sekitar, atau faktor internal seperti kurangnya motivasi? Dengan menganalisis penyebab masalah, kita bisa mencari solusi yang lebih efektif.

Setelah itu, kita masuk ke tahap generasi ide. Di sini, kita perlu melibatkan pikiran kreatif kita. Cobalah untuk berpikir di luar kotak dan temukan solusi yang tak terduga. Misalnya, jika kita sulit fokus karena gangguan lingkungan, mungkin solusinya adalah mencari tempat yang tenang untuk belajar, atau menggunakan headphone untuk mengurangi gangguan suara.

Setelah menghasilkan ide-ide, kita perlu melakukan evaluasi. Kita perlu mengevaluasi setiap ide yang muncul berdasarkan kelayakan dan kemungkinan berhasilnya. Buang ide yang terlalu tidak realistis atau tidak sesuai dengan masalah yang ingin kita selesaikan. Pilih ide yang paling menjanjikan atau bisa memberikan solusi yang paling efektif.

Terakhir, kita melangkah ke tahap implementasi. Ide yang terpilih perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Buatlah jadwal belajar yang efektif dan sesuai dengan waktu yang kita miliki. Berikan diri kita motivasi tambahan agar tetap konsisten dalam menjalankan jadwal tersebut.

Metode pembelajaran Creative Problem Solving bisa menjadi alat yang efektif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan kita. Dengan pendekatan yang santai dan kreatif, kita bisa menemukan solusi-solusi yang tak terduga. Jadi, tidak perlu stres lagi saat dihadapkan dengan masalah. Coba aplikasikan metode ini dan temukan solusi dengan cara yang menyenangkan!

Apa Itu Creative Problem Solving?

Creative Problem Solving (CPS) adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengatasi masalah dengan pendekatan kreatif dan inovatif. Metode ini memiliki tujuan untuk memberikan solusi yang unik dan efektif dalam menghadapi tantangan atau masalah yang kompleks. Dalam CPS, pemikiran kreatif dan proses berpikir yang fleksibel sangat ditekankan.

Metode Creative Problem Solving

Metode Creative Problem Solving terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap tahapan dalam metode ini:

  • Identifikasi masalah : Tahap pertama dalam metode CPS adalah mengidentifikasi masalah dengan jelas. Penting untuk memahami masalah secara mendalam dan merumuskannya dengan tepat.
  • Pengumpulan informasi : Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi yang relevan mengenai masalah tersebut. Informasi ini dapat berupa data, fakta, atau insight dari berbagai sumber.
  • Analisis masalah : Setelah informasi terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis masalah secara menyeluruh. Hal ini melibatkan pemahaman mendalam tentang akar permasalahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
  • Pencarian alternatif solusi : Setelah masalah dianalisis, tahap berikutnya adalah mencari alternatif solusi yang mungkin. Dalam metode CPS, diharapkan untuk berpikir out-of-the-box dan menghasilkan ide-ide yang kreatif serta inovatif.
  • Pemilihan solusi terbaik : Setelah alternatif solusi tercipta, tahap selanjutnya adalah memilih solusi yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi. Pemilihan solusi ini harus didasarkan pada kriteria-kriteria yang relevan dan mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin muncul.
  • Implementasi solusi : Setelah solusi terpilih, langkah berikutnya adalah mengimplementasikan solusi tersebut. Dalam tahap ini, perencanaan dan aksi yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa solusi dapat dijalankan dengan baik.
  • Evaluasi solusi : Setelah solusi diimplementasikan, proses Cognitive Problem Solving tidak berhenti di sini. Evaluasi solusi yang telah dilakukan perlu dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan solusi dan memperbaiki jika diperlukan.

Cara Menggunakan Creative Problem Solving

Untuk menggunakan metode Creative Problem Solving, ada beberapa langkah yang dapat diikuti. Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menggunakan CPS:

  • Kenali masalah dengan jelas dan rumuskan dengan tepat.
  • Kumpulkan informasi yang relevan mengenai masalah.
  • Analisis masalah dengan menyeluruh.
  • Berikan ruang untuk pemikiran kreatif dan menghasilkan alternatif solusi yang unik.
  • Pilih solusi yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi.
  • Implementasikan solusi dengan perencanaan yang matang.
  • Evaluasi keberhasilan solusi dan perbaiki jika diperlukan.

Tips Menggunakan Creative Problem Solving

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menggunakan metode Creative Problem Solving:

  • Berikan waktu dan ruang yang cukup untuk berpikir kreatif.
  • Bebaskan diri dari batasan dan buka pikiran untuk kemungkinan yang lebih luas.
  • Gunakan teknik brainstorming untuk menghasilkan berbagai ide yang kreatif.
  • Berikan perhatian pada detail dan kualitas solusi yang dihasilkan.
  • Kolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dan ide yang lebih kreatif.

Kelebihan Creative Problem Solving

Metode Creative Problem Solving memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi pilihan yang baik dalam mengatasi masalah. Berikut adalah beberapa kelebihan CPS:

  • Mendorong pemikiran kreatif dan inovatif dalam mencari solusi.
  • Membantu mengatasi masalah yang kompleks dengan cara yang efektif.
  • Memungkinkan untuk menemukan solusi yang unik dan tidak terduga.
  • Memperluas cara berpikir dan menciptakan alternatif solusi yang lebih baik.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Kekurangan Creative Problem Solving

Namun, metode Creative Problem Solving juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa kekurangan CPS:

  • Proses yang memakan waktu dan beberapa tahap yang kompleks.
  • Memerlukan keterampilan kreatif yang baik untuk menghasilkan ide-ide yang inovatif.
  • Tidak selalu menghasilkan solusi yang praktis atau dapat diimplementasikan dengan mudah.
  • Mungkin memerlukan sumber daya tambahan dalam proses implementasi solusi.

Tujuan Creative Problem Solving

Tujuan utama dari metode Creative Problem Solving adalah untuk menghasilkan solusi yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi masalah yang kompleks. Metode ini membantu mengatasi batasan berpikir konvensional dan membuka kemungkinan baru.

Manfaat Creative Problem Solving

Penerapan Creative Problem Solving memiliki manfaat yang signifikan dalam berbagai konteks. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari metode ini:

  • Menghasilkan solusi yang lebih kreatif dan inovatif.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah secara efektif.
  • Mengembangkan kemampuan berpikir lateral dan melakukan asosiasi yang lebih luas.
  • Meningkatkan kolaborasi tim dan kemampuan kerja dalam tim.
  • Mendorong pemikiran kritis dan analitis.

Apa perbedaan antara Creative Problem Solving dan Problem Solving konvensional?

Creative Problem Solving dan Problem Solving konvensional memiliki perbedaan utama dalam pendekatan dan hasil yang dihasilkan. Dalam Creative Problem Solving, proses berpikir kreatif dan inovatif sangat ditekankan, sementara dalam Problem Solving konvensional, pendekatan yang lebih terstruktur dan konvensional digunakan. Selain itu, Creative Problem Solving cenderung menghasilkan solusi yang lebih unik dan tidak terduga, sementara Problem Solving konvensional lebih fokus pada solusi yang praktis dan dapat diimplementasikan dengan mudah.

Bagaimana mengatasi kendala dalam menggunakan Creative Problem Solving?

Menggunakan Creative Problem Solving dapat melibatkan beberapa kendala. Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi kendala-kendala ini. Pertama, berikan waktu dan ruang yang cukup untuk berpikir kreatif. Kedua, berkolaborasi dengan orang lain untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dan ide yang lebih kreatif. Ketiga, gunakan teknik brainstorming untuk menghasilkan berbagai ide. Terakhir, tetap terbuka terhadap kemungkinan alternatif solusi dan jangan takut untuk mencoba pendekatan yang berbeda.

Metode Creative Problem Solving adalah pendekatan yang efektif untuk mengatasi masalah dengan cara yang kreatif dan inovatif. Dengan mengikuti langkah-langkah dalam metode ini, kita dapat menghasilkan solusi yang unik dan efektif dalam menghadapi tantangan atau masalah yang kompleks. Meskipun metode ini memerlukan waktu dan pemikiran yang intensif, manfaat yang didapatkan jauh lebih besar daripada kekurangannya. Oleh karena itu, mari terapkan Creative Problem Solving dalam kehidupan sehari-hari kita dan jadikan solusi kreatif sebagai bagian dari proses pemecahan masalah kita.

Jika Anda ingin meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Anda, jangan ragu untuk mencoba metode Creative Problem Solving ini. Dengan latihan dan dedikasi yang tepat, Anda akan menjadi lebih terampil dalam memecahkan masalah yang kompleks dan menghasilkan solusi yang kreatif serta inovatif. Selamat mencoba!

Share this:

Related posts:.

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Pandai Mengajar dengan Santai: Strategi Metode Pembelajaran yang Efektif

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Metode Pembelajaran di Pesantren Modern: Membawa Pesona Tradisi ke Era Digital

Unik dan Menarik, Bahan Ajar Metode Penelitian Prof Suryana Siap Mengguncang Dunia Pendidikan!

Rina Keshwari Cahaya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

  • Kebijakan Privasi
  • Terms and Conditions
  • Business Essentials
  • Leadership & Management
  • Credential of Leadership, Impact, and Management in Business (CLIMB)
  • Entrepreneurship & Innovation
  • *New* Digital Transformation
  • Finance & Accounting
  • Business in Society
  • For Organizations
  • Support Portal
  • Media Coverage
  • Founding Donors
  • Leadership Team

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

  • Harvard Business School →
  • HBS Online →
  • Business Insights →

Business Insights

Harvard Business School Online's Business Insights Blog provides the career insights you need to achieve your goals and gain confidence in your business skills.

  • Career Development
  • Communication
  • Decision-Making
  • Earning Your MBA
  • Negotiation
  • News & Events
  • Productivity
  • Staff Spotlight
  • Student Profiles
  • Work-Life Balance
  • Alternative Investments
  • Business Analytics
  • Business Strategy
  • Business and Climate Change
  • Design Thinking and Innovation
  • Digital Marketing Strategy
  • Disruptive Strategy
  • Economics for Managers
  • Entrepreneurship Essentials
  • Financial Accounting
  • Global Business
  • Launching Tech Ventures
  • Leadership Principles
  • Leadership, Ethics, and Corporate Accountability
  • Leading with Finance
  • Management Essentials
  • Negotiation Mastery
  • Organizational Leadership
  • Power and Influence for Positive Impact
  • Strategy Execution
  • Sustainable Business Strategy
  • Sustainable Investing
  • Winning with Digital Platforms

How to Be a More Creative Problem-Solver at Work: 8 Tips

Business professionals using creative problem-solving at work

  • 01 Mar 2022

The importance of creativity in the workplace—particularly when problem-solving—is undeniable. Business leaders can’t approach new problems with old solutions and expect the same result.

This is where innovation-based processes need to guide problem-solving. Here’s an overview of what creative problem-solving is, along with tips on how to use it in conjunction with design thinking.

Access your free e-book today.

What Is Creative Problem-Solving?

Encountering problems with no clear cause can be frustrating. This occurs when there’s disagreement around a defined problem or research yields unclear results. In such situations, creative problem-solving helps develop solutions, despite a lack of clarity.

While creative problem-solving is less structured than other forms of innovation, it encourages exploring open-ended ideas and shifting perspectives—thereby fostering innovation and easier adaptation in the workplace. It also works best when paired with other innovation-based processes, such as design thinking .

Creative Problem-Solving and Design Thinking

Design thinking is a solutions-based mentality that encourages innovation and problem-solving. It’s guided by an iterative process that Harvard Business School Dean Srikant Datar outlines in four stages in the online course Design Thinking and Innovation :

The four stages of design thinking: clarify, ideate, develop, and implement

  • Clarify: This stage involves researching a problem through empathic observation and insights.
  • Ideate: This stage focuses on generating ideas and asking open-ended questions based on observations made during the clarification stage.
  • Develop: The development stage involves exploring possible solutions based on the ideas you generate. Experimentation and prototyping are both encouraged.
  • Implement: The final stage is a culmination of the previous three. It involves finalizing a solution’s development and communicating its value to stakeholders.

Although user research is an essential first step in the design thinking process, there are times when it can’t identify a problem’s root cause. Creative problem-solving addresses this challenge by promoting the development of new perspectives.

Leveraging tools like design thinking and creativity at work can further your problem-solving abilities. Here are eight tips for doing so.

Design Thinking and Innovation | Uncover creative solutions to your business problems | Learn More

8 Creative Problem-Solving Tips

1. empathize with your audience.

A fundamental practice of design thinking’s clarify stage is empathy. Understanding your target audience can help you find creative and relevant solutions for their pain points through observing them and asking questions.

Practice empathy by paying attention to others’ needs and avoiding personal comparisons. The more you understand your audience, the more effective your solutions will be.

2. Reframe Problems as Questions

If a problem is difficult to define, reframe it as a question rather than a statement. For example, instead of saying, "The problem is," try framing around a question like, "How might we?" Think creatively by shifting your focus from the problem to potential solutions.

Consider this hypothetical case study: You’re the owner of a local coffee shop trying to fill your tip jar. Approaching the situation with a problem-focused mindset frames this as: "We need to find a way to get customers to tip more." If you reframe this as a question, however, you can explore: "How might we make it easier for customers to tip?" When you shift your focus from the shop to the customer, you empathize with your audience. You can take this train of thought one step further and consider questions such as: "How might we provide a tipping method for customers who don't carry cash?"

Whether you work at a coffee shop, a startup, or a Fortune 500 company, reframing can help surface creative solutions to problems that are difficult to define.

3. Defer Judgment of Ideas

If you encounter an idea that seems outlandish or unreasonable, a natural response would be to reject it. This instant judgment impedes creativity. Even if ideas seem implausible, they can play a huge part in ideation. It's important to permit the exploration of original ideas.

While judgment can be perceived as negative, it’s crucial to avoid accepting ideas too quickly. If you love an idea, don’t immediately pursue it. Give equal consideration to each proposal and build on different concepts instead of acting on them immediately.

4. Overcome Cognitive Fixedness

Cognitive fixedness is a state of mind that prevents you from recognizing a situation’s alternative solutions or interpretations instead of considering every situation through the lens of past experiences.

Although it's efficient in the short-term, cognitive fixedness interferes with creative thinking because it prevents you from approaching situations unbiased. It's important to be aware of this tendency so you can avoid it.

5. Balance Divergent and Convergent Thinking

One of the key principles of creative problem-solving is the balance of divergent and convergent thinking. Divergent thinking is the process of brainstorming multiple ideas without limitation; open-ended creativity is encouraged. It’s an effective tool for generating ideas, but not every idea can be explored. Divergent thinking eventually needs to be grounded in reality.

Convergent thinking, on the other hand, is the process of narrowing ideas down into a few options. While converging ideas too quickly stifles creativity, it’s an important step that bridges the gap between ideation and development. It's important to strike a healthy balance between both to allow for the ideation and exploration of creative ideas.

6. Use Creative Tools

Using creative tools is another way to foster innovation. Without a clear cause for a problem, such tools can help you avoid cognitive fixedness and abrupt decision-making. Here are several examples:

Problem Stories

Creating a problem story requires identifying undesired phenomena (UDP) and taking note of events that precede and result from them. The goal is to reframe the situations to visualize their cause and effect.

To start, identify a UDP. Then, discover what events led to it. Observe and ask questions of your consumer base to determine the UDP’s cause.

Next, identify why the UDP is a problem. What effect does the UDP have that necessitates changing the status quo? It's helpful to visualize each event in boxes adjacent to one another when answering such questions.

The problem story can be extended in either direction, as long as there are additional cause-and-effect relationships. Once complete, focus on breaking the chains connecting two subsequent events by disrupting the cause-and-effect relationship between them.

Alternate Worlds

The alternate worlds tool encourages you to consider how people from different backgrounds would approach similar situations. For instance, how would someone in hospitality versus manufacturing approach the same problem? This tool isn't intended to instantly solve problems but, rather, to encourage idea generation and creativity.

7. Use Positive Language

It's vital to maintain a positive mindset when problem-solving and avoid negative words that interfere with creativity. Positive language prevents quick judgments and overcomes cognitive fixedness. Instead of "no, but," use words like "yes, and."

Positive language makes others feel heard and valued rather than shut down. This practice doesn’t necessitate agreeing with every idea but instead approaching each from a positive perspective.

Using “yes, and” as a tool for further idea exploration is also effective. If someone presents an idea, build upon it using “yes, and.” What additional features could improve it? How could it benefit consumers beyond its intended purpose?

While it may not seem essential, this small adjustment can make a big difference in encouraging creativity.

8. Practice Design Thinking

Practicing design thinking can make you a more creative problem-solver. While commonly associated with the workplace, adopting a design thinking mentality can also improve your everyday life. Here are several ways you can practice design thinking:

  • Learn from others: There are many examples of design thinking in business . Review case studies to learn from others’ successes, research problems companies haven't addressed, and consider alternative solutions using the design thinking process.
  • Approach everyday problems with a design thinking mentality: One of the best ways to practice design thinking is to apply it to your daily life. Approach everyday problems using design thinking’s four-stage framework to uncover what solutions it yields.
  • Study design thinking: While learning design thinking independently is a great place to start, taking an online course can offer more insight and practical experience. The right course can teach you important skills , increase your marketability, and provide valuable networking opportunities.

Which HBS Online Entrepreneurship and Innovation Course is Right for You? | Download Your Free Flowchart

Ready to Become a Creative Problem-Solver?

Though creativity comes naturally to some, it's an acquired skill for many. Regardless of which category you're in, improving your ability to innovate is a valuable endeavor. Whether you want to bolster your creativity or expand your professional skill set, taking an innovation-based course can enhance your problem-solving.

If you're ready to become a more creative problem-solver, explore Design Thinking and Innovation , one of our online entrepreneurship and innovation courses . If you aren't sure which course is the right fit, download our free course flowchart to determine which best aligns with your goals.

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

About the Author

Karakteristik dan Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran creative problem solving.

Model pembelajaran creative problem solving digunakan untuk merangsang siswa dalam berfikir. Model pembelajaran ini akan banyak memanfaatkan model-model pembelajaran lain yang dimulai dari pencarian masalah sampai kepada penarikan kesimpulan . disamping itu, model pembelajaran ini juga akan melibatkan banyak kegiatan dengan bimbingan dari para pengajar. Model pembelajaran creative problem solving tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari pembelajaran didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa social dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. Dalam pemecahan masalah-masalah baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan untuk berfikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggungjawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan model pembelajaran creative problem solving dalam mengajarkan mata pelajaran matematika. Model pembelajaran ini lebih memusatkan kegiatan pada murid, namun disertai dengan bimbingan dari para guru. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat mengaplisakannya dalam situasi-situasi problematic dalam kehidupannya sehari-hari.

Menurut Suryosubroto Pembelajaran Creative Problem Solving memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Melatih peserta didik untuk berfikir divergen dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, mampu memberikan berbagai alternatif pemecahan atas masalah dan kemampuan mengemukakan berbagai gagasan baru, dengan cara-cara baru yang jarang dilakukan orang lain.
  • Peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar bagi peserta didik.

Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat dilakukan dengan tahapan yaitu:

  • Tahap awal dilakukan dengan memberi apersepsi dan penguatan serta kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, kemudian mengulas kembali materi sebelumnya yang dijadikan prasayarat materi, dan memotivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya pembelajaran yang akan dilaksanakan.
  • Klarifikasi permasalahan yang ada dalam proyek/kelopok sehingga mahasiswa mengetahui solusi yang diharapkan dari proyek tersebut. Dalam tahap ini, masing-masing kelompok mengajukan draf kepada dosen tentang proyek yang akan dipecahkan permasalahannya.
  • Pengungkapan gagasan dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa menggali dan mengungkapkan pendapat sebanmyak-banyaknya berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang dihadapi dalam proyek tersebut.
  • Evaluasi dan seleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu strategi yang optimal dan tepat.
  • Implementasi yaitu mahasiswa bersama kelompoknya memutuskan tentang strategi pemecahan masalah dalam proyeknya dan melaksanakan strategi yang dipilih dalam memecahkan permasalahan sesuai dengan draf kerja yang telah diajukan. Setelah pekerjaan selesai siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dengan menggunakan media sesuai dengan kreatifitasnya untuk menyampaikan gagasannya dan mendapatkan saran dan kritik dari pihak lain sehingga diperoleh solusi yang optimal berkaitan dengan pemecahan masalah. Kemudian dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran ke arah matematika formal.
  • Tahap penutup. Sebagai pemantapan materi, secara individual mahasiswa mengerjakan quiz yang ditampilkan dengan media pembelajaran dan dosen memberikan poin bagi mahasiswa yang mampu memecahkan permasalahan sebagai upaya memotivasi mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving cocok digunakan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah karena dalam model pembelajaran ini pengalaman sebelumnya dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan faktor yang penting dalam menyelesaikan masalah baru yang berbeda, disamping faktor minat siswa.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Dalam hal ini peserta didik terlibat dalam memecahkan masalah sehingga peserta didik lebih berfikir aktif, kreatif dan dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. CPS merupakan model pembelajaran untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. Guru dalam model pembelajaran CPS bertugas untuk mengarahkan peserta didik memecahkan masalah secara lebih mandiri, kreatif dan membebaskan peserta didik untuk berimajinasi. Guru juga bertugas untuk menyedikan materi pelajaran atau topik diskusi yang dapat merangsang pemikiran peserta didik untuk dapat berfikir kreatif dalam memecahkan masalah pada proses belajar mengajar. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran (CPS) merupakan model pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah secara kreatif yang berpusatkan pada peserta didik untuk berimajinasi agar kemampuan berfikir kreatif peserta didik meningkat.

Dengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving diharapkan dapat memotivasi serta mendorong peserta didik agar lebih berpikir kreatif agar bisa memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran. Model Pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran serta keterampilan dalam pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Model pembelajaran CPS memiliki kelemahan diantaranya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajarannya, memungkinkan peserta didik menjadi bosan karena harus menyelesaikan masalah yang kompleks dengan banyak variasi jawaban, memilih topik yang dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik bukanlah suatu hal yang mudah.

Menghasilkan Uang dari snack video

serupa.id

seni belajar untuk hidup

Problem Solving (Pemecahan Masalah) : Pengertian, Indikator, Faktor, dsb

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Salah satu keterampilan yang digaungkan untuk menghadapi era pendidikan abad 21 adalah problem solving atau pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan salah satu skill set penting untuk menghadapi tuntutan hidup di zaman yang serba cepat ini. Mengapa? Karena kecepatan dan ketelitian merupakan hal yang amat berbenturan, dan ketika kita ingin mewujudkannya, maka akan timbul banyak permasalahan, yakni kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian keterampilan problem solving amatlah dibutuhkan di masa ini.

Namun demikian tidak usah menyalahkan kebutuhan abad 21, revolusi industri 4.0, atau pengaruh globalisasi juga pada dasarnya setiap orang akan menghadapi masalah. Kita semua akan selalu menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari dan akan selalu berusaha untuk memecahkannya. Tentunya tingkat kesulitannya amatlah beragam, mulai dari yang sudah memiliki langkah untuk menyelesaikannya, hingga masalah baru yang lebih sulit untuk dipecahkan.

Oleh karena itu problem solving serta kemampuan memecahkan masalah merupakan konsep dan keterampilan penting yang harus dipahami dan dikuasai. Berikut adalah berbagai uraian mengenai problem solving atau pemecahan masalah mulai dari pengertian, indikator, hingga faktor-faktor yang memengaruhinya.

Pengertian Problem Solving

Menurut Uno (2014, hlm. 134) problem solving adalah kemampuan untuk menggunakan proses berpikir dalam memecahkan masalah dengan mengumpulkan fakta, menganalisis informasi, penyusunan alternatif solusi, serta memilih solusi masalah yang lebih efektif. Artinya problem solving merupakan pencarian solusi melalui proses berpikir yang sistematis.

Sementara itu menurut Lucenario dkk (dalam Khoiriyah & Husana, 2018, hlm. 151) problem solving adalah aktivitas yang membutuhkan seseorang antuk memilih jalan keluar yang dapat dilakukan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya yang berarti melakukan pergerakan antara keadaan sekarang dengan kondisi yang diharapkan. Hal ini berkaitan dengan definisi masalah yang berarti kenyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan problem solving berusaha untuk memperbaiki kenyataan tersebut menjadi sesuai dengan harapan.

Selanjutnya, menurut Solso (dalam Mawaddah, 2015) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menentukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Tentunya solusi spesifik berarti solusi yang sesuai dengan masalah yang terjadi. Selain itu, Gagne dalam (Made, 2016, hlm. 52) mengemukakan bahwa problem solving dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Kombinasi dari sejumlah aturan dapat dipahami sebagai algoritma atau langkah-langkah yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa problem solving adalah aktivitas proses berpikir untuk mencari solusi berupa suatu prosedur atau langkah yang spesifik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Jenis Masalah

Terdapat beberapa jenis masalah, yaitu:

  • Masalah yang prosedur pemecahannya sudah ada dan telah diketahui siswa;
  • Masalah yang prosedur pemecahannya belum diketahui oleh siswa;
  • Masalah yang sama sekali belum diketahui prosedur pemecahannya dan atau belum diketahui data yang diperlukan untuk mencari solusinya.

Tentunya dalam pendidikan abad 21, kemampuan pemecahan masalah yang diharapkan dapat dikuasai adalah penyelesaian masalah terhadap masalah yang belum diketahui prosedur pemecahannya dan atau belum diketahui data yang diperlukan untuk mencari solusinya.

Indikator Problem Solving

Bagaimana caranya kita mengetahui bahwa seseorang atau dalam bidang pendidikan spesifiknya peserta didik telah mampu menggunakan kemampuan problem solvingnya? Terdapat indikator yang dapat mencirikan bahwa seseorang tengah mempraktikan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Johnson & Johnson (Tawil & Liliasari, 2013, hlm. 93) indikator-indikator penyelesaian masalah adalah sebagai berikut.

  • “Mampu mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, sehingga peserta didik mengerti masalah apa yang akan dikaji. Dalam hal ini, peserta didik harus mampu mendefinisikan beberapa masalah mengenai isu-isu hangat yang terjadi di lingkungannya;
  • “Mampu mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah”. Jika hal yang pertama dilakukan adalah mengindentifikasi masalah, maka selanjutnya peserta didik harus dapat menyelidiki ataupun menemukan sebab atau alasan terjadi suatu permasalahan tersebut sehingga bisa mencari solusi;
  • “Mampu merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas”. Mengatasi suatu permasalahan tentunya bisa melakukan berbagai hal sesuai tingkat permasalahan yang ada. Strategi yang dilakukan pun bisa berbedabeda sehingga perlu adanya alternatif strategi yang lain jika salah satu strategi tidak dapat berhasil mengatasi suatu permasalahan tersebut;
  • “Mampu menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan”. Pengambilan keputusan sangat diperlukan dalam memecahkan suatu masalah karena menentukan strategi yang paling baik dari beberapa alternatif strategi yang ada;
  • “Mampu melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil”. Evaluasi dilakukan agar dapat memperbaiki hal-hal yang salah dari kegiatan proses maupun hasil yang dilakukan ketika memecahkan suatu masalah. Sehingga akan menjadi cerminan untuk selanjutnya agar melakukan strategi yang lebih baik lagi.

Tabel Indikator Problem Solving

Jika disusun dalam tabel indikator seperti layaknya indikator-indikator lainnya dalam bidang pendidikan, maka indikator penyelesaian masalah dapat dijabarkan sebagai berikut.

Sumber: Tawil & Liliasari, (2013, hlm. 93)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Problem Solving

Menurut Kartika,(2017, hlm. 327) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

  • Pengalaman Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal wacana atau soal aplikasi. Pengalaman awal seperti ketakutan terhadap biolohi dapat menghambat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
  • Motivasi Dorongan yang kuat dari dalam diri seperti menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya bisa, maupun dorongan dari luar diri (eksternal) seperti diberikan soal-soal yang menarik, menantang dapat mempengaruhi hasil pemecahan masalah.
  • Kemampuan memahami masalah Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep soal, tugas, atau permasalahan nyata yang berbeda-beda tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
  • Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreativitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. keterampilan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.
  • Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal apapun sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Sikap mandiri dapat membuat seseorang mampu menghadapi masalah yang ada. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki sikap mandiri, dia tidak mampu menghadapi jika ada masalah.
  • Kepercayaan diri Kepercayaan diri akan memperkuat motivasi mencapai keberhasilan, karena semakin tinggi kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, semakin kuat pula semangat untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Langkah-langkah Problem Solving

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penyelesaian masalah adalah sebagai berikut.

  • Memahami Masalah Langkah ini sangat menekankan kesuksesan memperoleh solusi masalah. Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta – fakta menentukan hubungan di antara fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah yang ditulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama. Biasanya siswa harus menyatakan kembali masalah dalam bahasanya sendiri.
  • Membuat Rencana Pemecahan Masalahi Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah dapat dipahami. Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Jika masalah tersebut adalah masalah rutin dengan tugas menulis kalimat matematika terbuka, maka perlu dilakukan penerjemah masalah menjadi bahasa matematika. Jika masalah yang dihadapi adalah masalah nonrutin, maka suatu rencana perlu dibuat, bahkan kadang strategi baru perlu digambarkan.
  • Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalahi Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat dalam langkah harus dilaksanakan dengan hati-hati. Untuk melalui, estimasi solusi yang dibuat sangat perlu. Diagram, tabel, atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah masalah tidak akan bingung. Tabel digunakan jika perlu. Jika solusi memerlukan komputasi, kebanyakan individu akan menggunakan kalkulator untuk menghitung daripada menghitung dengan kertas dan pensil dan mengurangi kekhawatiran yang sering terjadi dalam pemecahan masalah. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
  • Melihat (mengecek) Kembali Selama langkah ini berlangsung, solusi masalah harus dipertimbangkan. Perhitungan harus dicek kembali. Melakukan pengecekan dapat melibatkan pemecahan yang menentukan akurasi dari komputasi dengan menghitung ulang. Jika membuat estimasi, maka bandingkan dengan solusi. Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan. Bagian penting dari langkah ini adalah ekstensi. Ini melibatkan pencarian alternatif pemecahan masalah.
  • Handayani, Kartika. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah soal cerita matematika. SEMNASTIKA 2017, 06 May 2017, Medan.
  • Khoiriyah, A. J., & Husamah, H. (2018). Problem-based learning: creative thinking skills, problem-solving skills, and learning outcome of seventh grade students. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 4(2), 151–160. https://doi.org/10.22219/jpbi.v4i2.5804
  • Made, W. (2016). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT Bumi Aksara.
  • Mawaddah, Siti. (2015). Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran genaratif (generative learning ) di smp. Jurnal Pendidikan Matematika, 3 (2)
  • Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks. Makassar: Badan Penerbit Universitas Makassar.
  • Uno, Hamzah. 2014. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. cetakan ke-10. Jakarta: Bumi Aksara.

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar, batalkan balasan.

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

7 Strategi Pemecahan Masalah Yang Efektif (Problem Solving) Untuk Individu dan Profesional

Kenya swawikanti.

August 1, 2023 • 7 minutes read

Bagaimana solusi terbaik problem solving yang efisien dan efektif? Berikut beberapa teknik dan strategi pemecahan masalah yang bisa kamu terapkan!

Sebagai individu, terutama di dunia profesional, kita dituntut untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah yang muncul. Mulai dari masalah pribadi, masalah dalam pekerjaan sehari-hari, mengerjakan soal ujian, hingga masalah lain yang cakupan dan dampaknya lebih luas. Untuk bisa mencari solusi berbagai macam masalah, dibutuhkan skill problem solving atau pemecahan masalah yang baik.

Problem solving merupakan keterampilan esensial yang selalu dibutuhkan dalam kehidupan, baik secara personal maupun profesional. Kemampuan ini akan berperan penting saat kita menghadapi tantangan kompleks dalam pekerjaan, saat kita berusaha menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan pribadi dan keluarga, atau saat kita bertemu dengan masalah-masalah lain secara tiba-tiba.  

Banyak orang menyadari bahwa kemampuan ini penting untuk dimiliki, namun belum banyak yang mengerti bagaimana teknik dan strategi yang bisa diterapkan untuk dapat memecahkan masalah dengan baik. Dalam artikel ini, akan dibahas lebih jauh mengenai strategi dan teknik jitu pemecahan masalah secara efektif, baik di bidang profesional maupun kehidupan personal. Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:

1. Identifikasi dan Definisikan Masalah yang Sedang Dihadapi

  Langkah pertama dari problem solving tentunya adalah dengan mengetahui secara pasti sebenarnya masalah apa yang sedang dihadapi. Kamu harus mengidentifikasi dan mendefinisikan secara detail issue tersebut dengan menjawab poin-poin berikut:

  • Apa masalah yang terjadi dan harus diselesaikan?
  • Apa penyebab dasar (root cause) dari masalah tersebut?
  • Apa dampak yang muncul akibat masalah tersebut?

  Setelah mendefinisikan masalah berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kamu akan dapat memahami lebih dalam mengenai masalah tersebut dan mengetahui letak akar permasalahannya.

2. Kumpulkan Informasi dan Lakukan Analisa

Setelah problem terdefinisi, kamu bisa mulai mengumpulkan berbagai informasi, data, maupun fakta yang relevan dengan masalah tersebut. Kamu bisa melakukannya melalui pengadaan riset, berkonsultasi dengan expert, atau mengumpulkan berbagai pengalaman terdahulu atas masalah yang serupa.

Baca juga: Pentingnya Memiliki Skill Problem Solving dan Cara Meningkatkannya

Tujuannya adalah untuk memahami konteks dari masalah, apa saja faktor penyebabnya, serta apa saja potensi solusi yang bisa dilakukan. Setelah informasi terkumpul, kamu bisa mulai menganalisa informasi tersebut secara kritis, untuk dapat menemukan pola, tren, atau hubungan yang dapat menjadi insight.

3. Buatlah Solusi Alternatif

Dari hasil analisa yang telah dilakukan, tentunya kamu sudah dapat menemukan 1-2 potensi solusi untuk menyelesaikan masalah. Namun, sebaiknya kamu tidak berhenti sampai di situ saja. Kamu bisa terus menganalisa dan berpikir out of the box, untuk dapat menemukan solusi alternatif lainnya yang mungkin terlewat.

Libatkan kreativitas dalam analisismu dan lakukan pendekatan konvensional maupun modern. Kamu juga bisa melibatkan kolaborasi dan diskusi bersama kolega atau rekan kerja. Tulis segala macam solusi yang ditemukan serta masukan dari berbagai perspektif. Hindari melakukan judging dan mengeliminasi solusi yang telah ditemukan. Meskipun solusi tersebut bukan solusi terbaik, tapi hindari untuk membuang solusi tersebut pada tahap ini karena nanti akan ada tahapan lain untuk melakukannya.

4. Lakukan Evaluasi dan Pilih Solusi Terbaik

Setelah membuat list yang berisi berbagai pilihan solusi, kamu bisa melakukan evaluasi terhadap masing-masing solusi tersebut. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan feasibility, impact, serta alignment-nya terhadap goal kamu. Pertimbangkan juga potensi resiko yang dapat muncul serta keuntungan apa yang bisa diperoleh dari solusi tersebut.

Saat memilih solusi yang terbaik, sangat penting bagi kita untuk menyeimbangkan antara kemampuan analisis, intuisi, serta pengalaman yang sudah dilalui. Tiga faktor ini dapat membantu kita menyeleksi dan memilih pilihan solusi yang best of the best.

Baca juga: 10 Cara Pemimpin Menyelesaikan Konflik dalam Tim

5. Susun Action Plan

Setelah kamu memilih solusi terbaik, selanjutnya kamu bisa menyusun dan mengembangkan action plan atau rencana aksi untuk menerapkan solusi yang sudah dipilih tersebut. Buatlah action plan yang terperinci, dimulai dari membuat outline berisi langkah-langkah yang perlu dilakukan. Lakukan break down pada steps yang besar, untuk membuatnya menjadi smaller steps yang bisa dilakukan dan di-manage dengan lebih mudah. Jangan lupa juga untuk menentukan deadline pada setiap steps yang ada.

Jika action plan yang dibuat adalah action plan untuk konteks tim, maka tentukan juga person in charge (PIC) beserta tanggung jawab yang harus dilakukan untuk masing-masing steps. Setelah itu komunikasikan hal ini kepada seluruh anggota tim agar mereka dapat memahami dengan jelas tanggung jawab masing-masing anggota dan bisa saling membantu jika dibutuhkan. Setelah action plan selesai dibuat, komunikasikan juga kepada stakeholder yang terlibat.

6. Terapkan Pilihan Solusi beserta Action Plan yang Sudah Disusun

Setelah memilih solusi terbaik dan menyusun action plan, selanjutnya tinggal mengimplementasikan ke kehidupan nyata sesuai rencana. Pastikan setiap langkah terlaksana secara efektif dan efisien. Lakukan juga monitoring secara rutin untuk memastikan progress berjalan sesuai rencana dan timeline yang sudah ditentukan.

Meskipun sudah ada action plan, tapi sebaiknya kita tetap bersikap terbuka atas adanya penyesuaian selama pelaksanaan implementasi action plan. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga jika ke depan terdapat perubahan atau tantangan di luar prediksi. Tetap fokus dan termotivasi agar solusi dan action plan bisa berjalan dengan baik.

7. Lakukan Evaluasi terhadap Hasil Implementasi Solusi

Setelah solusi dan action plan diimplementasikan, lakukan evaluasi terhadap hasil implementasi yang didapatkan. Cari tahu seberapa efektif solusi tersebut untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, cari tahu juga apakah implementasi yang dilakukan telah benar-benar berhasil menyelesaikan masalah hingga ke akar atau tidak. Jika tidak, coba analisis hal-hal apa yang dapat dilakukan sebagai penyesuaian atau improvisasi agar penyelesaian masalah dapat lebih menyeluruh.

Di tahap evaluasi ini, kamu juga bisa membuat daftar lessons learned mulai dari proses identifikasi masalah hingga penerapan solusi. Lessons learned ini akan berguna sebagai dokumentasi dan bahan pembelajaran untuk perbaikan di masa mendatang.

Baca juga: 8 Top Skill yang Harus Kamu Miliki Sebagai Seorang Manajer

Question:  Apa saja strategi pemecahan masalah?

Strategi pemecahan masalah dapat dikategorikan menjadi dua kelompok terkait, yakni problem-focused-coping dan emotion-focused-coping. Problem-focused-coping bertujuan untuk menyelesaikan masalah dengan fokus pada permasalahannya. Sementara, emotion-focused-coping lebih berfokus pada penanganan perasaan saat menghadapi masalah.

Question:  7 langkah metode pemecahan masalah?

Langkah-langkah model pemecahan masalah terdiri dari: Mengidentifikasi masalah, Mengumpulkan informasi, Merumuskan alternatif solusi, Membuat keputusan, Melaksanakan keputusan, Mengevaluasi hasilnya, dan Mengadopsi langkah-langkah perbaikan. Dalam metode ini, tujuan utama adalah mengatasi masalah dengan cara yang logis dan terorganisir.

Question: Apa saja 4 tahapan dalam penyelesaian masalah?

Ada empat tahapan dalam penyelesaian masalah. Pertama, memahami masalah. Kedua, membuat rencana penyelesaian. Ketiga, melaksanakan rencana penyelesaian. Terakhir, mengevaluasi semua langkah yang telah dilakukan. Polya (1973: 5) menyatakan bahwa inilah tahap-tahap penting dalam pemecahan masalah.

Question:  Membuat langkah-langkah pemecahan masalah?

Beberapa langkah pemecahan masalah dari segi psikologi antara lain: mengidentifikasi masalah dengan jelas, mencari dan mengevaluasi alternatif solusi, memilih solusi terbaik, dan mengevaluasi hasilnya. Psikologi membantu mengenali faktor emosional dan kognitif yang mempengaruhi dan memberikan panduan dalam memecahkan masalah secara efektif.

Kesempatan Untuk Bertumbuh

Problem solving atau pemecahan masalah adalah proses iteratif di mana setiap experience dapat memberikan kesempatan untuk bertumbuh. Kamu dapat belajar dari pengalaman problem solving yang pernah kamu lakukan, baik yang sukses maupun yang gagal, serta menjadikannya sebagai acuan untuk improvement ke depan.

Tidak perlu takut jika kamu dihadapkan dengan berbagai masalah atau situasi yang menantang karena seiring berjalannya waktu, permasalahan tersebut pasti dapat diselesaikan dengan baik asal kamu berusaha. Kamu juga bisa meminta bantuan dan saran dari orang-orang yang lebih berpengalaman dari kamu.

Bagi seorang individu, menguasai teknik dan strategi pemecahan masalah tentunya menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari. Jika kamu ingin meningkatkan skill problem solving-mu, baik untuk urusan pribadi maupun profesional, kamu bisa bergabung dengan kelas pelatihan pemecahan masalah di Skill Academy!

https://www.indeed.com/career-advice/career-development/problem-solving-strategies

https://www.betterup.com/blog/problem-solving-strategies

https://psychcentral.com/health/problem-solving-strategies

https://www.ekrut.com/media/pemecahan-masalah

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Bagikan artikel ini:

Logo Whatsapp

Artikel Lainnya

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Memahami Pengertian UI/UX Design dan Perbedaan Keduanya

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Mengenal ChatGPT: Fungsi dan Cara Menggunakannya

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

Pengertian Walk in Interview dan 8 Tips Menghadapinya

creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

8 Langkah Problem Solving (1)

8 Langkah Problem Solving (1)

Berikut adalah 8 Langkah Problem Solving menurut Newman dalam bukunya Problem Solving for Result .

Langkah Problem Solving 1: Identify the problem Tahap ini adalah tahap yang paling penting dalam Langkah problem solving karena hasil akhir dari proses ditentukan pada tahap ini. tahap inilah yang menentukan apakah penyelesaian masalah akan di bawa ke utara atau ke selatan. Akan dibuat rumit atau sederhana. Dalam tahap mengidentifikasi masalah ini Newman menyampaikan bahwa penting untuk membuat rumusan masalah yang sederhana – Simple Problem Statements. Karena begitu masalah sudah dirumuskan, maka diperlukan keseriusan dan komitmen seluruh anggota tim untuk melaksanakannya sampai akhir proses.

Langkah Problem Solving 2: Gather data Langkah problem solving berikutnya adalah mengumpulkan data. Newman memberikan beberapa alternatif metode dalam pengumpulan data yaitu:

2.1. Problem-Mapping (PM) PM adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat model dari permasalahan yang ada. Model yang dibuat sama dengan kalau kita membuat Mind Mapping. Topik utamanya digambar di tengah. Bedanya adalah cabang-cabang yang keluar dari cabang utama adalah trigger / pemicu / penyebabnya. Trigger ini bisa dipecah-pecah ke dalam branches yang lebih kecil dan sederhana.

2.2. Tally Sheets / tick-sheet Ini adalah metode sederhana yang sudah sering kita gunakan dalam penghitungan suara. Bentuknya berupa matriks dengan kolom paling kiri berisi kejadian yang diamati sedangkan baris paling atas berisi kapan kejadiannya. Kesalahan dalam pengisiannya aan menyebabkan semua kesimpulan yang ditarik akan salah.

2.3. Modelling Modelling adalah metode pengumpulan data dengan cara memodel kejadian atau mereka-ulang kejadian yang ingin diamati. Kalau Anda sering melihat siaran mengenai bagaimana cara polisi mengumpulkan / menguatkan bukti dengan cara mendatangkan saksi ke tempat kejadian (TKP),.. itulah contoh sederhana modelling.

2.4. Active Database Technique Adalah mengumpulkan real data secara aktif sepanjang waktu yang diperlukan. Data ini sebaiknya mudah di akses dan kapan pun kita membutuhkan informasi yang lebih dalam kita dapat melakukan braistorming. Untuk data-data yang bukan merupakan data utama, kita dapat meneruskannya ke bagian yang lebih kompeten.

2.5. Competitive Benchmarking Metode ini memanfaatkan orang / pihak lain yang telah / pernah menyelesaikan masalah yang sama sebelumnya. Yang diamati adalah teknik yang digunakan untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhan kita.

2.6. Pilot Pilot adalah menjalankan project dalam skala kecil untuk mengumpulkan data yang tidak didapat dari metode pengumpulan data yang sudah ada. Kunci kesuksesan metode ini adalah dengan mengumlkan data hasil pilot sebanyak mungkin dengan waktu, dana dan usaha yang seefisien mungkin.

2.7. Interviewing Metode ini efektif bila kita benar benar tahu apa yang kita ingin dapatkan dari jawaban para responden dan bukan merupakan jawaban yang bisa dijawab dengan “Ya” atau “Tidak”. Interview dapat dilakukan oleh dua orang interviewer yang mempunyai skill yang sama sehingga bisa saling melengkapi pertanyaan. Dapat pula satu orang bertanya sedangkan satu orang yang lain mengamati tanpa sepengetahuan responden.

2.8. Subject PM Metode ini lebih kompleks dari 2.1. Untuk menjalankannya minimal diperlukan 3 team A, B dan C. Setelah PM di gambar oleh tim A, maka tim B dan C mengajukan pertanyaan. Kemudian A melengkapi PM yang dibuat berdasarkan masukan dari B dan C. demikian sampai ditemukan PM yang mewakili semua tim.

Langkah Problem Solving 3: Analyze data Data yang ada kemudian di pilah-pilah sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan. Pada tahap ini janganlah buru buru untuk membuat dugaan mengenai jawaban dari permasalahan yang ada. Tahan dahulu. Karena apa yang kita lihat itu adalah cermin dari apa yang ingin kita lihat. Ada beberapa metode yang ditawarkan untuk menganalisis data oleh Newman, yaitu:

3.1. Force Field Analysis (FFA) Force Field Analysis adalah metoda yang sangat ampuh untuk memperoleh gambaran lengkap yang menyeluruh berbagai kekuatan yang ada dalam isu utama suatu kebijakan juga untuk memperkirakan sumber dan tingkat kekuatan kekuatan tersebut. Detail FFA bisa dilihat disini

3.2. Fishbone Diagram Fishbone diagram atau Ishikawa diagram adalah diagram untuk menemukan penyebab dari kondisi yang terjadi. Bentuknya seperti tulang ikan.

3.3. Why/Why Diagram Prinsipnya lebih kurang sama dengan Ishikawa Diagram. Di bagian kepala ikan (pada Ishikawa Diagram) kita ganti dengan Problem Symptom yang ingin kita pecahkan. Kemudian kita mengajukan pertanyaan Why?. dari jawaban tadi akan muncul beberapa jawaban dan kita bertanya lagi Why kepada masing-masing. Hingga akhirnya akan ditemukan akan permasalahannya.

3.4. Influence diagram Sesuai dengan namanya, Influence Diagram mencoba melihat permasalahan dengan melihat flow proccess nya. Dengan mengtahui flow proccess tersebut akan didapat tahapan mana yang mempengaruhi masalah yang ada secara signifikan.

Langkah Problem Solving 4: Generate solutions 4.1 Traditional Brainstorming Saat ini, inilah langkah problem solving yang paling banyak digunakan karena kemudahan dan keefektifannya. Biasanya dilakukan dengan maksimal peserta 12 orang. Kemudian sebelum sesi dibuka dilakukan penyamaan persepsi mengenai permasalahan yang di hadapi. Hasil, ide, masukan, pendapat, ditulis di flipchart yang bisa dilihat semua orang. Metode ini cocok untuk open problem yang bisa memberikan jawaban lebih dari satu. Kekurangan: Ada kecenderungan Groupthink

4.2 Creative Silence Metode ini disebut juga Brainstorming II. Bedanya dengan metode brainstorming biasa adalah ada waktu creative silence (+/-2 menit) untuk menuliskan ide kepada semua peserta. Warna kertas dan bolpen disamakan demi kesetaraan derajat pendapat yang disampaikan. Kemudian dicari kombinasi dan improvement untuk ide yang dihasilkan. Bisa jadi ada tahap 2, 3 creative silence dst untuk menemukan jawaban yang sesuai.

4.3. 6 Thinking Hat Langkah problem solving ini diperkenalkan oleh De Bono dimana masing-masing orang berperan sesuai dengan ‘warna topi’ yang dikenakan. Putih: berbicara mengenai fakta dan data saja. Merah: berbicara mengenai perasaan yang dirasakan Hitam: berbicara mengenai kegagalan yang akan terjadi dengan apa pun metode yang diambil Kuning: berbicara mengenai sisi positif ide yang dihasilkan Hijau: berbicara mengenai think out the box Biru: berbicara mengenai pandangan dari helicopter view.

4.4. Nominal Group Technique (NGT) Metode ini mirip dengan Creative Silence, tetapi setelah masing masing melakukan presentasi tidak dilakukan diskusi kelompok. Kemudian, tiap orang -secara individu- melakukan pemeringkatan dari ide-ide yang ada. Ide dengan peringkat yang paling tinggi yang akan digunakan.

4.5. Delphi Metode ini dikembangkan oleh Rand Corporation dimana masing-masing individu yang terpisah – yang belum pernah bertemu dalam 1 meja diskusi – memberikan masukannya masing-masing. Hasilnya, secara terpusat dirangkum dan kemudian di broadcast kembali kepada masing-masing individu untuk diminta pendapatnya. Hasilnya kemudian di pool kembali hingga ditemukan jawaban yang memuaskan. Metode ini cocok untuk mereka yang terpisah jauh secara geografis.

4.6. Yes And.. Metode Yes And adalah salah satu metode yang baik untuk tidak memupuskan semangat / pendapat yang sebelumnya disampaikan. Ketika terjadi perbedaan pendapat biasanya orang cenderung untuk berkata “Yes, but..” sehingga kesannya pendapat yang di kemukakannya akan lebih baik dibanding yang pertama. Dengan Yes And, maka kesan yang ditangkap adalah kedua pendapat tersebut saling melengkapi.

4.7. Strange / Familiar: Methaphor & Analogy Langkah problem solving dengan metode ini merupakan metode berfikir kreatif dengan pendekatan yang unik. Jika suatu masalah terdengar aneh (strange) maka dibuat analogy atau metafora sehingga menjadi sesuatu yang mudah. Tetapi jika itu adalah masalah yang mudah (familiar) maka dilakukan analogy / metaphor yang aneh / sulit (strange)

4.8 How To Ini adalah cara lain untuk mengemukakan masalah dengan cara seperti kita bercerita kepada anak-anak. Biasanya dimulai dengan kalimat “I want to..” kemudian dimetaforakan kepada anak -anak dengan kalimat “It’s like trying to…” Jawaban yang di hasilkan dari pertanyaan tadi kemudian di kembalikan ke kasus awal. Contoh: Saya ingin mencari HP saya yang hilang di pasar ( I want to..) Itu sama saja dengan mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami (It’s like trying to..) Cara mencari jarum di tumpukan jerami: 1. di pilah-pilah menjadi tumpukan-tumpukan kecil 2. di ayak 3. di beri magnet, dll Ketiga cara ini kemudian di “kembalikan” lagi ke kondisi semula: HP hilang di pasar. Disinilah serunya, karena akan banyak ide kreatif yang timbul.

4.9 Visualization Visualisasi kini banyak digunakan tidak hanya sebagai langkah problem solving tetapi juga untuk mempelajari keahlian baru. Memberikan arah serta antisipasi permasalahan yang timbul. Langkah problem solving ini kini banyak digunakan pula dalam bidang personal development, leadership, ekonomi, dll.

Bersambung ke 8 Langkah Problem Solving (2)

sumber: Problem Solving for Result, Victor Newman, Gower Publishing, 1985. gambar: sixthriver.com

author-avatar

Posted by admin

  • 8 langkah problem solving
  • problem solving part 1
  • tahapan problem solving
  • Victor Newman Problem Solving

Like to share?

Leave a reply cancel reply.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

  • Hasil pencarian

brainstorming

Brainstorming: Pengertian, Prinsip dan Keunggulannya

Aldy Amrillah

Pada periode merebaknya dunia bisnis dan wirausaha, istilah ‘brainstorming’ juga semakin dikenal.

Brainstorming adalah cara untuk merembukkan konsep dan pemetaan rencana bisnis dari masa dibentuknya bisnis hingga beberapa waktu ke depan.

Brainstorming juga berfungsi untuk mengevaluasi rencana bisnis yang telah direalisasikan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Jadi, apakah arti brainstorming? Ini ulasan selengkapnya

Pengertian Brainstorming

Brainstorming merupakan salah satu media sederhana untuk berdiskusi dengan berbekal pada ide masing-masing anggota.

Ide-ide tersebut dikumpulkan dan dibahas untuk mencapai kata sepakat.

Seni dalam brainstorming adalah menahan emosi diri atas kritik dan saran dari anggota diskusi, serta berlapang dada atas keputusan yang telah diambil.

Dalam dunia bisnis, brainstorming digunakan sebagai alat pengembangan ide baru pada sebuah konsep bisnis.

Hal tersebut dikarenakan sifat brainstorming yang tidak kaku dan mengikat sehingga bisa dilakukan kapan saja.

Istilah ‘brainstorm’ sangat familiar di kalangan pelaku bisnis karena biasa digunakan dalam berbagai proses dan periode.

Selain itu, istilah ini juga digunakan dalam dunia kampus, lembaga non-profit dan pertunjukan.

Intinya, brainstorming digunakan pada skala kelompok kecil hingga besar, termasuk juga para individu.

Brainstorming dan Kreativitas Manusia

Brainstorming dan Kreativitas Manusia

Pada penerapannya, brainstorming membahas segala hal dan hampir mirip diskusi santai dan tidak kaku seperti rapat besar. Namun, pada teorinya terdapat batasan masalah dan bahasa yang digunakan dalam brainstorming.

Hal ini dikemukakan oleh Alex Osborn di tahun 1941. Beliau menjelaskan bahwa sebenarnya konsep brainstorming telah ada seusia dengan kreativitas manusia.

Meski istilahnya dikenal baru-baru ini, penerapannya sudah dilakukan sejak lama, yakni saat manusia mulai mengemukakan idenya untuk berbisnis dari kreativitasnya.

Osborn menulis buku tentang kreativitas manusia dan manfaatnya dalam mewujudkan kesuksesan.

Buku tersebut diluncurkan tahun 1952 dengan judul “Kekuatan Kreativitasmu: Bagaimana Menggunakan Imajinasi.”

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa menurut Osborn kualitas seseorang tergantung pada kreativitasnya.

Hal ini tidak terjadi di dunia bisnis saja, tapi di seluruh bidang.

Osborn menekankan bahwa kreativitas sangat penting dalam menentukan keberhasilan sebuah bisnis.

Faktor Matinya Ide Bisnis dalam Brainstorming

Terkait dengan bidang pekerjaannya sebagai seorang eksekutif periklanan,

Osborn menyatakan bahwa matinya ide bisnis disebabkan oleh minimnya ide yang dikemukakan oleh sumber daya manusia yang juga terbatas.

Selain itu, ada penyebab lain dimana orang-orang dalam lingkaran brainstorming terlalu cepat mengkritik dan menyerang sebuah ide baru tanpa mempertimbangkannya.

Hal ini memang akan sangat berdampak dalam sebuah diskusi.

Kedua hal tersebut membuat padamnya kreativitas dalam dunia bisnis pada umumnya.

Ide yang inovatif dan kreatif biasanya rentan kritik dan susah diterima.

Padahal setiap orang pasti mempunyai ide baru dan kreativitasnya sendiri.

Sebab, secara alami manusia juga mempunyai skill untuk menjadi kreatif.

Oleh karena itu, Osborn mengemukakan empat hal yang wajib diikuti dan diaplikasikan pada proses brainstorming.

Empat aturan ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri karyawan dalam mengemukakan ide dan meningkatkan kemampuan karyawan dalam hal kreativitas.

Keempat aturan tersebut adalah hindari mengkritik ide, gali ide dalam jumlah besar, bahas setiap ide yang muncul, serta dukung dan gali lebih dalam untuk ide yang ekstrim dan berlebihan.

Brainstorming dalam Skala yang Lebih Besar

Brainstorming adalah

Osborn berpendapat bahwa brainstorming merupakan alat yang umum untuk membicarakan sesuatu atau ide untuk proyek atau rencana yang lebih besar.

Brainstorming menghasilkan ide yang berguna, dengan catatan ide tersebut sesuai dengan penyelesaian masalah yang ada.

Proses dalam brainstorming untuk hal yang lebih besar disebut Osborn sebagai Creative Problem Solving atau Penyelesaian Masalah Kreatif.

CPS sendiri meliputi empat langkah sebagai berikut.

Menjelaskan Ide

Dalam tahap ini, pemberi ide harus menjelaskan tentang konsep idenya dan visinya yang sesuai dengan tujuan dan harapan perusahaan. Selain itu, ide harus menjawab sebuah tantangan yang mungkin terjadi saat menerapkan.

Pemberi ide harus mengumpulkan data yang digunakan untuk presentasi supaya mampu memberikan pemahaman yang lebih baik. Kemudian membuat pertanyaan yang yang diperkirakan mengundang solusi.

Membentuk Sebuah Pemahaman

Melalui brainstorming karyawan juga bisa mengeksplorasi sebuah ide dan membentuk sebuah konsep baru melalui tahapan pemahaman.

Mengembangkan Ide

Menggunakan ide yang dikumpulkan untuk mencari solusi dari tantangan yang telah terjadi sebagai hasil dari evaluasi ide sebelumnya.

Proses ideation atau pengembangan ide baru dilakukan dalam brainstorming untuk memilih solusi yang paling tepat.

Menerapkan Ide pada Rencana yang Dirancang

Tahap implementasi brainstorming adalah tahap mewujudkan sebuah ide menjadi di sebuah rencana untuk direalisasikan.

Merumuskan rencana dilakukan dengan menyelidiki sumber daya yang dimiliki dan dan tindakan nyata yang dibutuhkan.

Hal ini untuk mewujudkan solusi dalam bentuk tindakan nyata dengan program dan rencana kerja yang lebih terperinci dengan timeline yang jelas.

Prinsip dalam Brainstorming

Jika melihat empat hal di atas, pasti sudah bukan hal yang baru untuk kita menerapkan proses brainstorming dalam mencari solusi atas sebuah masalah.

Ini menegaskan bahwa proses brainstorming telah dilakukan dalam periode yang lama dan dilakukan oleh banyak orang. Baik dalam berbisnis ataupun dalam berorganisasi.

Prinsip dalam Brainstorming

Terdapat empat prinsip inti yang sebenarnya tidak hanya dikemukakan oleh Osborn, namun telah dilakukan oleh banyak orang dalam sebuah organisasi.

Empat prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

Keseimbangan Antara Pemikiran yang Berbeda dan Konvergen

Inti dari kreativitas adalah menggali sebuah cara untuk mengidentifikasi solusi dan membuat keseimbangan yang luas serta kesempitan cara berpikir.

Kedua hal tersebut dilakukan secara terpisah pada prosesnya, namun hal yang penting adalah merealisasikan ide tersebut dengan cara cara penggalian pemikiran seperti ini.

Gunakan Masalah sebagai Hal yang Ditanyakan

Jika sebuah permasalahan terdiri dari sebuah pertanyaan terbuka maka akan ditemukan jawaban yang sesuai. Selain itu, akan terdapat banyak kemungkinan jawaban dari sebuah pertanyaan.

Yang diharapkan dari brainstorming adalah jawaban dari sebuah pertanyaan terbuka tersebut. Dari situ akan didapat banyak informasi yang disajikan dalam proses brainstorming.

Kesimpulannya, pertanyaan lebih banyak menghasilkan kreativitas dibandingkan dengan pernyataan yang cenderung tertutup dan membatasi respon yang ada.

Menangguhkan Penilaian dan Kritik

Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa mengkritik secara langsung sebuah Ide justru akan mematikan kreativitas dari ide tersebut. Untuk itu, hindari penilaian langsung dan tangguhkan hal tersebut hingga waktu yang yang lebih sesuai.

Berkaitan dengan itu, Anda bisa menggunakan waktu terpisah dari tahap mengemukakan ide yaitu pada tahap pembahasan dan kesimpulan.

Biasakan berkata “Ya, dan”, daripada kata-kata “Tidak, tetapi.”

Pemilihan kata dalam merespon sebuah ide yang dikemukakan juga akan mempengaruhi kreativitas. Dalam memformulasikan ide kata-kata “ya, dan,” akan bermakna luas.

Respon di atas dari sebuah proses brainstorming bermakna menggali lebih dalam ide baru dan cenderung ada keingintahuan lebih jauh atas ide baru tersebut.

Sedangkan penggunaan kata “tidak” atau “tetapi” seolah-olah telah menutup diskusi dan mematikan penjelasan dari sebuah ide tersebut. Lebih fatal lagi kata “tetapi” dan “tidak” seolah menolak semua yang telah dibicarakan sebelum itu.

Cara Melakukan Brainstorming

Cara Melakukan Brainstorming

Meskipun tampak mudah dan familiar, brainstorming harus dilaksanakan dalam jam-jam dan rancangan yang teliti. Tentu saja juga dengan fasilitator yang terlatih guna mendapatkan kesepakatan atas solusi yang maksimal.

Setiap orang kapan saja bisa melakukan brainstorming, namun yang bisa divariasikan adalah brainstorming yang terdapat dalam kelompok.

Berikut ini prosedur yang bisa digunakan dalam brainstorming kelompok.

1. Perencanaan Sesi Brainstorming

Perencanaan ini meliputi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang nantinya akan membahas atau menarik sebuah solusi. Contoh pertanyaan terbukanya misalnya, “Apa yang salah dengan pelayanan kita?” atau “Bagaimana kita meningkatkan pelayanan kepada pelanggan?”

Kemudian Anda memilih kelompok yang sesuai untuk brainstorming pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat.

Kelompok tersebut berjumlah lebih dari satu dan berisi sumber daya manusia yang nantinya akan mampu menerapkan solusi yang akan didapat selama brainstorming.

Misalkan, jangan melibatkan marketing untuk memecahkan masalah kepegawaian, dan juga sebaliknya.

Selanjutnya pilihlah waktu dan tempat yang kondusif untuk melakukan brainstorming.

Adakalanya sesi brainstorming dilaksanakan di tempat selain kantor untuk menghindari konflik terkait pekerjaan.

Sesi brainstorming adalah sesi yang terjadwal dan juga bisa dilaksanakan diluar hari kerja, akhir pekan atau malam hari sepulang kerja.

Tunjuk fasilitator yang pandai memformulasikan pertanyaan, mencatat ide, mengelola suasana, mengevaluasi proses brainstorming dan menentukan rencana tindakan yang sesuai dan dapat direalisasikan bersama kelompok.

Setelah semuanya matang, buatlah jadwal yang jelas yang menyangkut waktu, tempat, dan pembahasan, kemudian diinformasikan pada kelompok yang dimaksud.

Ada baiknya rencana ini meliputi transportasi, konsumsi, akomodasi, dan fasilitas lainnya.

2. Tentukan Proses Brainstorming yang Akan Dilakukan

Sederhananya, brainstorming berisi tentang pengajuan masalah atau pertanyaan, mengumpulkan jawaban-jawaban yang dianggap pemecahan masalah, dan terakhir evaluasi dan memilih yang paling tepat.

Beberapa proses brainstorming berperan sebagai penghasil solusi terbaik yang diwujudkan dengan tepat.

Namun hal itu perlu motivasi dan inovasi yang lebih kreatif sesuai dengan pengetahuan dan dinamika yang terjadi dalam kelompok.

Itulah gunanya kepiawaian seorang fasilitator dalam memilih dan menerapkan suatu jenis prosedur dalam brainstorming.

Sedangkan variasi yang bisa digunakan dalam menerapkan brainstorming diantaranya sebagai berikut.

Brainwriting

Di sini fasilitator mengizinkan anggota untuk menulis atau mengungkapkan ide, dan memberi komentar pada ide dari setiap anggota. Proses ini dilakukan sukarela tanpa diminta berbicara atau berdiri.

Cara ini efektif untuk mengatasi individu yang dominan atau bahkan yang enggan terlibat dalam kelompok.

Round Robin Brainstorming

Di sini fasilitator mengajukan sebuah pertanyaan pada setiap individu tentang ide mereka sesuai urutan.

Maka, dalam hal ini, brainstorming adalah sebagai alat pemicu ide setiap anggota.

Karena dilakukan sesuai urutan, maka mau tidak mau setiap anggota mengajukan idenya dan tidak bisa mengekor begitu saja. Prosedur ini bagus untuk menghindari dominasi atau anggota yang skeptis.

Role storming

Prosedur ini merupakan proses yang mendorong kreativitas anggota dalam kelompok untuk mendalami peran yang ditugaskan dalam simulasi atau drama dunia kerja.

Misal, ada yang bertugas menjadi pelanggan yang komplain atau bahkan yang lebih ekstrim, menjadi superhero favoritnya.

Brainstorming Terbalik

Ini dilakukan jika anggota dalam kelompok ada yang mengumpulkan ide yang berlawanan atau berkebalikan dari yang diajukan.

Misalnya, fasilitator mengganti pertanyaan dengan “Bagaimana meminimalisir orang yang akan menggunakan aplikasi kita?” daripada bertanya, “Bagaimana cara kita menarik lebih banyak pengguna aplikasi?”

Prosedur ini berguna saat kreativitas tampak tumpul dan sepi. Cara terbalik ini biasanya menuai reaksi lucu namun bermakna untuk mengarahkan pada solusi yang sebenarnya.

3. Merinci Peraturan Dasar Brainstorming

Biasanya titik awal brainstorming dimulai dengan adanya pengenalan dasar pada proses yang digunakan, peraturan dasar, penetapan jadwal dan item penting dan kritikal lainnya seperti letak kamar mandi dan peta menuju lokasi.

Fasilitator kebanyakan menggunakan peraturan yang menangguhkan segala urusan dengan ponsel saat proses brainstorming berlangsung.

Fasilitator harus pandai dalam menyampaikan peraturan ini sehingga bisa diterima dengan baik oleh seluruh anggota.

Poin ini penting karena jika fasilitator gagal dalam menyampaikan peraturan, proses brainstorming akan berjalan tidak terarah dan tidak mencapai tujuan.

Selain itu, adanya peraturan ini menunjukkan bahwa semua anggota mendapat perlakuan sama dan setara.

4. Menyimpulkan Hasil Brainstorming

Banyak ide yang terkumpul harus ditindaklanjuti dengan mengevaluasi dan memutuskan mana yang paling sesuai dan berguna untuk menjawab pertanyaan.

Jika menjadi fasilitator, tulislah semua ide dalam diagram dan mempersilahkan anggota mengomentarinya.

Dari sekian banyak ide, akan terpilih lagi beberapa ide yang perlu dibahas lebih jauh bersama tim guna dikembangkan, direncanakan, dan direalisasikan sesuai fungsi dan timeline.

Sedangkan yang dijadikan hasil brainstorming adalah kesepakatan bulat dari proses sebelumnya.

Nantinya kesimpulan akan berupa timeline yang terperinci dengan program yang lebih jelas dari konsep ide baru tadi.

Jangan lupa untuk menentukan tanggal untuk rapat eksekusi lebih lanjut.

Keunggulan Brainstorming

arti brainstorming

Kembali pada teori Osborn dalam Creative Education Foundation miliknya, rahasia keefektifan brainstorming terletak pada pemisahan ide kritis dari ide kreatif.

Dengan kata lain, akan ada lebih banyak pilihan sebelum mempertimbangkan, mengevaluasi dan memutuskan.

Hasil dari proses ini bukan keputusan praktis saja, namun juga keputusan kreatif dan inovatif.

Adanya ide dari anggota juga membantu mengubah mindset mereka dari yang biasa menjadi luar biasa.

Disini, proses pengembangan ide dalam brainstorming merupakan salah satu langkah dari proses yang lebih kompleks dalam membangun dan mengimplementasikan ide kreatif dalam bisnis.

Dari sudut pandang Osborn, brainstorming adalah sebuah alat komunikasi dua arah yang menakjubkan dan melibatkan banyak potensi individu dalam menyelesaikan masalah.

Perlu diingat bahwa brainstorming bukan sebuah akhir dari proses pemecahan masalah.

Tahap akhir adalah evaluasi, penggalian ide, dan implementasi.

Tantangan akan terjadi di tahap implementasi supaya ide kreatif tersebut benar-benar berguna dan praktikal.

Brainstorming Sebagai Bagian dari Proses yang Lebih Besar

Prosedur brainstorming akan menggali ide kreatif yang unik dan jika ide tersebut dibentuk sendirian akan tidak maksimal dibandingkan jika dibicarakan bersama.

Brainstorming adalah proses pengumpulan ide dan saling mengomentari, bukan termasuk tahap evaluasi.

Tahap evaluasi termasuk dalam penerapan dan penerapan akan direalisasikan saat konsep atau ide diterima dan mendapatkan dana.

Tahap evaluasi juga menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah ide atau perbandingan antara ide yang lalu dan saat ini.

Menurut Osborn, sebenarnya tujuan brainstorming bukan hanya mengumpulkan ide, namun lebih kepada sebagai pemberian garis tegas dari kritik menghakimi dan imajinasi.

Dalam brainstorming, imajinasi bebas bergerak dan mendapat ruang.

Maka dari itu, brainstorming akan menjadi wadah banyak ide yang variatif, yang mempunyai potensi besar untuk mengubah konsep bisnis untuk menjadi lebih berkembang lagi.

Tahapan setelah brainstorming disini lebih penting disorot, karena inilah langkah awal menuju kesuksesan.

Brainstorming Pada Generasi Muda

Tidak hanya masalah kantor saja yang membutuhkan banyak brainstorming. Sebuah organisasi pun membutuhkan banyak brainstorming, terlebih pada organisasi sekolah yang individunya masih memiliki ego yang tinggi dalam menonjolkan diri.

Kebanyakan brainstorming dalam tingkat ini diadakan untuk mewujudkan program kerja dan mengevaluasi hasilnya.

Selain itu, brainstorming digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tiba-tiba terjadi, atau rencana kerja yang menghadapi masalah tertentu.

Cara brainstorming yang dilakukan pun bervariasi. Namun tidak sebanyak variasi yang terjadi di dunia kerja.

Hal ini disebabkan karena individu seusia ini cenderung banyak ide dan suka berkumpul untuk berdiskusi.

Mereka masih berlatih memahami apa itu brainstorming.

Tidak perlu stimulus yang luar biasa untuk menggali ide kreatif yang gila dan di luar batas.

Justru pada tingkat ini, proses brainstorming lebih digunakan untuk mengembalikan ‘kegilaan’ mereka ke jalan yang sesuai program. Tidak melebar dan mendapatkan ide yang aplikatif dan sesuai.

Untuk itu perlu langkah-langkah yang jelas dan tegas bagi fasilitator.

Buatlah briefing singkat melalui pesan singkat atau email supaya ide tidak terlalu melebar dan menghabiskan waktu saat brainstorming terjadi.

Kemudian saat brainstorming berlangsung, biasakan setiap anggota mencatat semua ide dan memberi tanggapan.

Ide perlu aksi yang nyata dalam implementasinya, maka tahap follow up sangat penting.

Akhir kata, brainstorming adalah definisi dari sebuah proses menggali kreativitas yang masif.

Terapkan prosedur brainstorming yang variatif ini untuk kebutuhan diri sendiri, juga dalam kelompok.

Yang penting adalah penetapan target Anda jelas dan tetap mengikuti peraturan yang ada.

Hal tersebut untuk menjaga proses dalam kelompok ini tetap pada jalurnya, dan memproses ide tepat pada masalahnya.

Cara brainstorming sangat efektif juga dalam menstimulasi ide kreatif dan inovatif yang relevan dengan ide Sahabat Tedas.id sendiri dan semoga saja informasi ini bermanfaat yah.

Aldy Amrillah

Aldy Amrillah

Flowchart: pengertian, simbol dan cara membuatnya, personal branding : pengertian, manfaat dan strateginya, artikel lainnya.

profil Kuntjoro Pinardi

Bantu Papua! Ini Profil Kuntjoro Pinardi Mantan Dirut PT PAL

apa itu renewable energy

Apa Itu Renewable Energy? Manfaat, Jenis dan Perkembangannya

gaji sales force

Cek Gaji Sales Force Rata-Rata Perusahaan Besar di Indonesia 

tes magang bakti bca

Bocoran & Persiapan Tes Magang Bakti BCA agar Lolos 

Leave a reply cancel reply.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

IMAGES

  1. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (C

    creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

  2. Creative Problem Solving Process

    creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

  3. the creative problem solving process

    creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

  4. Tahapan Creative Problem Solving Dalam Perusahaan

    creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

  5. Problem Solving: Langkah Cepat atasi Semua Kesulitan dalam Bisnis

    creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

  6. Creative Problem Solving and Decision Making

    creative problem solving meliputi 4 langkah kecuali

VIDEO

  1. How to Apply Creative Problem-Solving in Business

  2. POLYTRON SMART TV CINEMAX SOUNDBAR

  3. Gazab ka trick 😳 Poora Nakli Ghar hi bana liya Magical video ke liye 😍❤️ #shorts #vlog

  4. 🚴🙃 Kaise 🤔 Samjhe Shifter Kharab Hai ya Nahi?#shortsfeed #shorts

  5. How to use your problems to succeed

  6. KPU RI telah mengambil langkah-langkah krusial untuk memastikan integritas & kelancaran Pemilu 2024

COMMENTS

  1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS

    Adapun proses dari model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem solving), terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: Klarifikasi Masalah Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

  2. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

    Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving . Menurut Huda (2013), sintak atau tahapan proses dalam model pembelajaran Creative Problem Solving menurut model Osborn-Parnes dikenal dengan istilah OFPISA, yaitu Objective, Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding.

  3. CPS Learner's Model: Langkah Penting dalam Creative Problem Solving

    Stage 1: Klarifikasi Stage 2: Ideasi atau Pengumpulan Ide Stage 3: Develop (Pengembangan) Stage 4: Implementasi Tertarik untuk menggunakan metode Creative Problem Solving? Ikuti langkah-langkah dalam Creative Problem-Solving Learner's Model berikut ini.

  4. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

    Langkah-langkah dalam CPS menurut William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik (Rahman, 2009:10) adalah: a. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu) Tahap pertama, merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi situasi yang dirasakan mengganggu. b. Fact-finding (menemukan fakta)

  5. PDF Creative Problem Solving

    CPS is a comprehensive system built on our own natural thinking processes that deliberately ignites creative thinking and produces innovative solutions. Through alternating phases of divergent and convergent thinking, CPS provides a process for managing thinking and action, while avoiding premature or inappropriate judgment. It is built upon a ...

  6. Creative problem-solving: the 4 principles of creative problem-solving

    Creative problem-solving is often most effective through teamwork and brainstorming making it fun, imaginative and collaborative. However, imagining new and innovative solutions isn't always easy, but by following a few steps, your team will be more likely to reach success.

  7. Creative problem solving: process, techniques, examples

    The 7-step creative problem-solving process. The creative problem-solving process usually consists of seven steps. The very first step in the CPS process is understanding the problem itself. You may think that it's the most natural step, but sometimes what we consider a problem is not a problem.

  8. PDF Model Pembelajaran Creative Problem Solving

    Creative Problem Solving terdiri dari 4 langkah utama dan 8 langkah kecil yakni; pertama, memahami tantangannya : membangun peluang, mengeksplorasi data, dan menyusun masalah. Kedua, memperoleh ide: memperoleh ide kreatif. Ketiga, mempersiapkan diri untuk bertindak:

  9. Creative Problem Solving

    Creative problem solving (CPS) is a way of using your creativity to develop new ideas and solutions to problems. The process is based on separating divergent and convergent thinking styles, so that you can focus your mind on creating at the first stage, and then evaluating at the second stage.

  10. Creative Problem Solving And Its Techniques

    Generally, the creative problem-solving process involves the following stages: Identify the problem or the challenge. Generate ideas that may be possible solutions. Solve the problem with the help of generated ideas. Implement the solution plan and move to the next step. A well-planned and strategically executed creative problem-solving process ...

  11. What Is Creative Problem-Solving & Why Is It Important?

    Creative problem-solving is traditionally based on the following key principles: 1. Balance Divergent and Convergent Thinking. Creative problem-solving uses two primary tools to find solutions: divergence and convergence. Divergence generates ideas in response to a problem, while convergence narrows them down to a shortlist. It balances these ...

  12. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

    C. Langkah- langkahModel Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Treffinger (dalam Huda, 2013: 318) menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting yaitu understanding challege, generating ideas, dan preparing for action.

  13. 3.3: Creative Problem-Solving Process

    The Steps of the Creative Problem-Solving Process. Step 1: Clarify; Step 2: Ideate; Step 3: Develop; Step 4: Implement; Step 5: Evaluate; Implementing Creative Problem Solving; Using Creativity to Solve Problems. Crowdsourcing; A Crowdsourced Potato Chip; Brainstorming; Storyboarding; Team Creativity; Taaluma Totes20

  14. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving: Menemukan Solusi dengan

    Untuk menggunakan metode Creative Problem Solving, ada beberapa langkah yang dapat diikuti. Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menggunakan CPS: Kenali masalah dengan jelas dan rumuskan dengan tepat.

  15. PDF BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Creative Problem Solving

    Pembelajaran Creative Problem Solving siswa harus dituntut untuk bisa berpikir mencari solusi terhadap suatu permasalahan yang diberikan. Model Creative Problem Solving merupakan suatu model yang mengerahkan segala cara oleh seseorang dalam berpikir kreatif. Dalam implementasinya, Creative Problem Solving dilakukan melalui

  16. How to Be a More Creative Problem-Solver at Work: 8 Tips

    Balance Divergent and Convergent Thinking. One of the key principles of creative problem-solving is the balance of divergent and convergent thinking. Divergent thinking is the process of brainstorming multiple ideas without limitation; open-ended creativity is encouraged.

  17. Karakteristik dan Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving

    Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat dilakukan dengan tahapan yaitu: Tahap awal dilakukan dengan memberi apersepsi dan penguatan serta kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, kemudian mengulas kembali materi sebelumnya yang dijadikan prasayarat materi, dan memotivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya ...

  18. PDF BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    Menurut Osborn dalam Huda (2014, hlm. 298) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran creative problem solving (CPS) (Yuliyati & Lestari, 2019, hlm. 34) sebagai berikut: 1). Objective Finding Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Siswa mendiskusikan situasi permasalahan yang diajukan guru dan membrainstroming sejumlah tujuan

  19. Problem Solving (Pemecahan Masalah)

    Langkah-langkah Problem Solving. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan penyelesaian masalah adalah sebagai berikut. Memahami Masalah Langkah ini sangat menekankan kesuksesan memperoleh solusi masalah. Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta - fakta menentukan hubungan di antara fakta-fakta ...

  20. 7 Strategi Pemecahan Masalah Yang Efektif (Problem Solving) Untuk

    Langkah-langkah model pemecahan masalah terdiri dari: Mengidentifikasi masalah, Mengumpulkan informasi, Merumuskan alternatif solusi, Membuat keputusan, Melaksanakan keputusan, Mengevaluasi hasilnya, dan Mengadopsi langkah-langkah perbaikan. Dalam metode ini, tujuan utama adalah mengatasi masalah dengan cara yang logis dan terorganisir.

  21. 8 Langkah Problem Solving (1)

    Langkah Problem Solving 1: Identify the problem Tahap ini adalah tahap yang paling penting dalam Langkah problem solving karena hasil akhir dari proses ditentukan pada tahap ini. tahap inilah yang menentukan apakah penyelesaian masalah akan di bawa ke utara atau ke selatan. Akan dibuat rumit atau sederhana.

  22. Brainstorming: Pengertian, Prinsip dan Keunggulannya

    Proses dalam brainstorming untuk hal yang lebih besar disebut Osborn sebagai Creative Problem Solving atau Penyelesaian Masalah Kreatif. CPS sendiri meliputi empat langkah sebagai berikut. Menjelaskan Ide; Dalam tahap ini, pemberi ide harus menjelaskan tentang konsep idenya dan visinya yang sesuai dengan tujuan dan harapan perusahaan.

  23. PDF Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Dengan Model Creative ...

    sikap ilmiah, butir pernyataan dengan 4 pilihan jawaban, dan rubrik penilaian. Instrumen ini memiliki 37 pernyataan valid dimana setiap aspek di instrumen ini memiliki minimal dua pernyataan dengan nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,923. Kata kunci: Pengembangan Perangkat, Creative Problem Solving, Sikap Ilmiah Siswa, Getaran Harmonis